LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI
DI KEBUN RAYA
PURWODADI
Disusun oleh :
Kelompok 2:
1. Luluk Maftuhah (10620008)
2. Anik Bariroh (10620009)
3. Feni Dwi Khoriroh (10620021)
4. Kholifah (10620022)
5.
Muslikhah (10620030)
6.
Rohmatul Ummah (10620031)
7.
Nazilatus Salafiyah (10620038)
8.
Enik Winarsih (08620074)
Asisten
Pembimbing : Nuris
:
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kuliah Kerja Lapangan dengan praktikan :
Kelompok : 1
1. Luluk Maftuhah (10620008)
2. Anik Bariroh (10620009)
3. Feni Dwi Khoriroh (10620021)
4. Kholifah (10620022)
5.
Muslikhah (10620030)
6.
Rohmatul Ummah (10620031)
7.
Nazilatus Salafiyah (10620038)
8.
Enik Winarsih (08620074)
telah
disahkan sebagai salah satu tugas Praktikum Mata Kuliah Taksonomi Tumbuhan pada
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Malang,11 April 2012
Koordinator Kuliah Kerja Lapangan
Asisten
Pembimbing
Nuris
KATA PENGANTAR
Perbedaan dasar yang digunakan dalam
klasifikasi tumbuhan akan memberikan hasil klasifikasi yang berbeda – beda
sehingga terbentuklah sistem klasifikasi yang berlainan. Berdasarkan tingkat
peradababnnya, manusia yang pertama-tama melakukan kegiatan di bidang taksonomi
tumbuhan khususnya klasifikasi pasti memilah-milah dan mengelompokkan tumbuhan
berdasarkan atas kesaman ciri-ciri yang berkaitan langsung dengan kehidupan
manusia. Seiring dengan kemajuan
teknologi dan peradaban ciri-ciri tumbuhan yang pada mulanya tidak dapat
diamati dapat dipertimbangkan untuk dijadikan dasar dalam pengklasifikasian.
Karena teknologi yang lebih maju telah dapat mengamati bagian tersebut Setelah
lahirnya teori evolusi muncul sistem filogenentik yang mencita-citakan
tercerminnya jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara golongan tumbuhan yang
satu dengan golongan tumbuhan yang lain serta urutannya dalam sejarah
perkembangan filogenetik tumbuhan.
Karena itu dengan Berbekal pada sedikit pengetahuan akan
ilmu-ilmu taksonomi maka kami sajikan beberapa jenis tumbuhan dari berbagai
macam suku hasil dari penelitian berbagai macam tumbuhan di kebun raya
purwodadi malang. ucapan terima kasih juga tak lupa kami sampaikan kepada
bapak/ibu dosen, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu sehingga
terselesainya laporan ini dengan baik.
Penyusun sadar bahwa hasil laporan
ini masih jauh dari sempurna, namun penyusun tetap berharap agar nantinya
laporan KKL purwadadi ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri dan terlebih
bagi teman-teman lainya. Maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan
agar lebih baik lagi pada laporan-laporan selanjutnya.
Malang, 13 april 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar
Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................. 1
C. Manfaat................................................................................................ 2
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
A. Sruktur Vegetasi Hutan Tropika Basah.......................................... 3
B. Iklim
Daerah Tropik............................................................................ 5
C. Kebun
Raya dan Pelestarian Plasma Nutfah............................... 6
D. Pengelolaan
Koleksi Herbarium...................................................... 9
BAB
III. METODE PENELITIAN....................................................................... 10
A. Waktu
dan Tempat Penelitian........................................................ 10
B. Alat
dan Bahan ................................................................................ 11
C. Cara
Kerja.......................................................................................... 19
BAB
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................... 21
A. Koleksi
Herbarium............................................................................ 21
B. Kebun
Raya Purwodadi.................................................................. 40
C. Koleksi
Tanaman di Kebun Raya Purwodadi........................... 125
BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 148
A. Kesimpulan..................................................................................... 148
B. Saran................................................................................................ 149
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................ 151
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Pada
dasarnya Taksonomi tumbuhan adalah sebuah ilmu yang mengkhususkan diri dalam
kegiatan identifikasi tumbuhan serta penempatan dan pemberian nama bagi
tumbuhan-tumbuhan baru. Kegiatan ini sangat dipengaruhi dari keadaan morfologi
dan anatomi dari tumbuhan yang dimaksud. Karena, Klasifikasi Tumbuhan adalah
proses penempatan tumbuhan ke dalam tingkatannya masing-masing berdasarkan
persamaan ciri-ciri yang tampak, baik dari sisi morfologi ataupun dari segi
anatominya.
Untuk
itu dilakukan KKL di Kebun Raya Purwodadi ini agar siswa jurusan Biologi
angkatan 2010 dapat mengerti tumbuhan apa saja yang di pelihara di Kebun Raya
Puwodadi bagaimana ciri-ciri tumbuhan tersebut apakah ada ciri khusus dari
masing-masing spesies. Dan di samping itu bisa untuk berekreasi, merefresh
pikiran dll.
1.2 Tujuan
- Mengetahui tata cara pembuatan, penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Kebun Raya.
- Mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya
3. Mengadakan pengamatan terhadap spesies untuk mengetahui
ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui tata cara pembuatan,
penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Kebun Raya Purwodadi.
2. Mahasiswa dapat Mengetahui keanekaragaman tumbuhan
tingkat tinggi di Kebun Raya Purwodadi.
3. Mahasiswa dapat mengadakan pengamatan terhadap spesies
untuk mengetahui ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
yang terdiri dari 17.508 pulau, tersebar dari Sabang hingga ke Merauke.
Sebagian besar dari pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau berukuran kecil
yang memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan, jasad renik yang tinggi. Hal ini
terjadi karena keadaan alam yang berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya,
bahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam pulau yang sama. Sistem
perpaduan antara sumber daya hayati dan tempat hidupnya yang khas itu,
menumbuhkan berbagai ekosistem, yang masing-masing menampilkan kekhususan pula
dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat didalamnya, diantaranya adalah
ekosistem hutan (Irwanto, 2007).
Indonesia terletak di daerah tropik,
sehingga hutan yang ada bertipe hutan tropik. Hutan ini sangat beranekaragam
terhadap tipe, komposisi maupun strukturnya. Ada hutan yang tumbuh dengan baik
sehingga memiliki struktur lengkap mulai dari tumbuhan tingkat bawah sampai
pohon yang tingginya mencapai 100 meter (Indriyanto, 2008).
Tantangan
sangat penting di bidang kehutanan saat ini salah satunya adalah membangun
hutan dan menghutankan kembali hutan bekas penebangan. Alasannya adalah adanya
manfaat hutan secara langsung maupun tidak langsung untuk kehidupan masyarakat
di sekitarnya (Septiyani, 2010).
Hutan
akan lestari apabila proses regenerasi tegakan berjalan baik, dengan melalui
pemudaan alam atau buatan. Pemudaan hutan mutlak dilakukan terhadap setiap
kawasan hutan agar dapat berfungsi secara maksimal dan berkelanjutan
(Indriyanto, 2008). Pemudaan merupakan proses regenerasi tegakan hutan, baik
mengandalkan proses alam maupun penanganan manusia. Setiap tahap proses
perkembangannya, mudah tidaknya pemudaan di suatu kawasan hutan bergantung pada
sifat-sifat jenis tegakan, tempat tumbuh, proses-proses daur air dan hara
(Alikodra, 1997, Indriyanto, 2008). Taman
Margasatwa yang terletak di Ragunan Pasar Minggu Jakarta, berdasarkan Perda
No.13 tahun 1998 memiliki tugas pokok diantaranya melakukan konservasi,
mempertahankan daerah resapan air, paru-paru kota. Sesuai dengan tugas
tersebut, dalam menambah koleksi satwa, menanam dan merawat jenis tumbuhan,
juga membangun kawasan konservasi. Atas dasar ini dapat memaksimalkan fungsi
dan peranan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dalam mendukung upaya-upaya
konservasif, riset dan edukasi, selain disiapkan untuk menjadi tempat tujuan
rekreasi atau sebuah kebun binatang yang modern. Untuk memaksimalkan fungsi dan
peran tersebut, juga menanam dan merawat jenis-jenis tumbuhan dan bahkan
membangun hutan di kawasan konservasi yang luasnya mencapai 6,410 Ha (Jakartazoo.org,
2008). Jenis-jenis pohon dapat tumbuh
disuatu tempat dengan kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda, termasuk
tumbuhan yang ada di kawasan hutan di kawasan konservasi Taman Margasatwa
Ragunan. Hal ini tergantung oleh faktor tempat tumbuh yang merupakan gabungan
dari iklim dan tanah (Kadri, 1992).
A. Komposisi dan keanekaragaman jenis
Struktur
tumbuhan adalah organisasi individu – individu di dalam ruang yang membentuk
tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan. Komposisi tumbuhan merupakan jumlah jenis
yang terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan (Purborini, 2006). Menurut Kershaw (1973), struktur
vegetasi terdiri dari 3 penyusun, yaitu:
1.
Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang
merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tihang, sapihan, semai
dan herba penyusun vegetasi.
2.
Sebaran horizontal dari jenis-jenis penyusun komunitas yang
menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.
3.
Penyusun vegetasi ada 5 aras, yaitu fisiognomi vegetasi,
struktur biomassa, life form ( growth form ), struktur floristik
dan struktur tegakan ( Mueler-Dumbois & Ellenberg, 1974 ).
Kelimpahan (abundance)
setiap jenis dalam suatu komunitas. Struktur suatu vegetasi
terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan di dalam suatu ruang.
Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuh-tumbuhan yang masing-masing
individu mempertahankan sifatnya (Dombois, 1974).
Struktur
suatu masyarakat tumbuhan pada hutan hujan tropika basah dapat dilihat dari
gambaran umum stratifikasi pohon-pohon perdu dan herba tanah. Kershaw (1973)
menyatakan, stratifikasi hutan hujan tropika dapat dibedakan menjadi 5 lapisan,
yaitu : Lapisan A (lapisan pohon-pohon yang tertinggi atau emergent), lapisan B
dan C (lapisan pohon-pohon yang berukuran sedang), lapisan D (lapisan semak dan
belukar) dan lapisan E (lantai hutan). Komposisi atau kekayaan jenis adalah
jumlah jenis pada suatu area/ komunitas. Komposisi jenis suatu komunitas sangat
penting karena komunitas sebagian besar ditentukan oleh dasar-dasar floristik
(jenis-jenis yang terdapat dalam suatu komunitas). Beberapa komunitas memiliki
fisiognomi (kenampakan luar) serupa, tetapi berbeda dalam identitas jenis
dominan atas jenis penyusun lainnya (Rusmendro, 2007).
Diversitas
atau keanekaragaman merupakan suatu keragaman diantara anggota suatu komunitas
(Supriatno, 2001). Deshmukh (1992) mengartikan keanekaragaman sebagai gabungan
antara jumlah jenis dan jumlah individu masing-masing jenis dalam suatu
komunitas atau sering disebut kekayaan jenis. Menurut Resosoedarmo dkk (1984),
keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang ada di daerah dengan lingkungan
yang ekstrim, seperti daerah kering, tanah miskin, dan pegunungan tinggi.
Sementara itu keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan
optimum.
Suatu
daerah yang didominansi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah
tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman
jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang
tinggi, karena di dalam komunitas itu terjadi interaksi antara jenis yang
tinggi. Lebih lanjut dikatakan, keanekaragaman merupakan ciri dari suatu
komunitas terutama dikaitkan dengan jumlah individu tiap jenis pada komunitas
tersebut. Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan
variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis
dan kelimpahan relatif dari setiap jenis (Latifah, 2004).
Indeks
keanekaragaman digunakan untuk mengetahui pengaruh gangguan terhadap lingkungan
atau untuk mengetahui tahapan suksesi dan kestabilan dari komunitas tumbuhan
pada suatu lokasi (Odum, 1996). Menurut Ariyati dkk (2007), nilai indeks
keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa terdapat tekanan ekologi tinggi, baik
yang berasal dari faktor biotik (persaingan antar individu tumbuhan untuk
setiap tingkatan) atau faktor abiotik. Tekanan ekologi yang tinggi tersebut
menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan dapat bertahan hidup di suatu
lingkungan.
Menurut
Odum (1993) ada dua komponen keanekaragaman jenis, yaitu kekayaan jenis dan
kesamarataan. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas.
Keanekaragaman jenis cenderung besar dalam suatu komunitas yang lebih tua.
Keanekaragaman jenis cenderung kecil untuk komunitas yang baru dibentuk.
Kesamarataan adalah pembagian individu yang merata diantara jenis. Pada
kenyataannya setiap jenis itu mempunyai jumlah individu yang tidak sama.
B. Struktur Komunitas Tumbuhan
Untuk
memudahkan dalam mengenal dan mempelajari makhluk
hidup, diperlukan pengklasifikasian dengan dasar dan tujuan tertentu.
Klasifikasi memiliki manfaat penting yang dapat langsung diterapkan bagi
kepentingan manusia (Syamsuri, 2000).
Komunitas dapat disebut dan diklasifikasikan menurut
bentuk atau sifat struktur utama, misalnya jenis dominan; bentuk-bentuk hidup, habitat fisik dari komunitas, sifat atau tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme
komunitas. Keanekaragaman jenis dan kelimpahan individu
masing-masing jenis
(kemerataan) tidak
berarti satu-satunya hal yang terlibat di dalam keanekaragaman komunitas.
Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung kepada
jenis tertentu dari organisme yang terlibat, tetapi juga tergantung kepada
jumlahnya atau kerapatan populasinya (Odum, 1993).
Komunitas adalah
kumpulan populasi yang hidup pada habitat tertentu. Menurut Odum (1973),
komunitas yang merupakan bagian hidup ekosistem dapat diklasifikasikan
berdasarkan:
1.
Bentuk atau sifat struktur utama, seperti jenis dominan
dan bentuk hidup (life form)
2.
Habitat komunitas
3.
Sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe
metabolisme komunitas.
Tipe komunitas terjadi karena adanya
sifat yang berbeda dalam dominansi jenis, komposisi jenis, struktur lapisan
tajuk atau juga dominansi bentuk pertumbuhan (Whittaker, 1975). Komunitas
hutan merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh karena komunitas terbentuk secara berangsur-angsur melalui
beberapa tahap invasi oleh tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan dan
penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilitasi. Perubahan dalam
komunitas atau suksesi selalu terjadi, bahkan dalam komunitas hutan yang stabil
pun selalu terjadi perubahan (Indriyanto, 2005).
Pada suatu suatu jenis ditentukan berdasarkan
besarnya frekuensi, kerapatan dan dominansi setiap jenis. Penguasaan suatu
jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting,
volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya
individu atau kelimpahan (Soerianegara,1996).
Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran
jenis-jenis dalam areal tertentu. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai
nilai frekuensi yang besar, sebaliknya jenis-jenis yang mempunyai nilai
frekuensi kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas. Kerapatan dari suatu
jenis merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu jenis per
satuan luas, makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis
tersebut per satuan luas. Dominansi suatu jenis merupakan nilai yang menunjukan
peguasaan jenis terhadap komunitas (Soerianegara,1996).
Nilai penting didefinisikan sebagai gabungan dari
densitas/ kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominansi relatif
(DR). Kondisi ini menyebabkan nilai penting suatu jenis maksimum adalah 300%
(KR=100%, FR=100%, DR=100%), bila dalam suatu tegakan hanya terdiri dari satu
jenis saja (Curtis dan Mc.Intosh, 1951). Whittaker, 1975, menyebutkan bahwa
nilai penting dapat ditentukan berdasarkan salah satu atau dua nilai, tetapi
lebih banyak nilai dijadikan dasar akan menjadi lebih baik dan mendekati
kebenaran dalam menentukan dominansi atau penguasaan jenis di dalam suatu
komunitas (Rusmendro, 2003).
Pertumbuhan
tumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat tumbuh seperti: kerapatan
tegakan, karakteristik umur tegakan, faktor iklim (temperatur, presipitasi,
kecepatan angin dan kelembaban udara), serta faktor tanah (sifat fisik,
komposisi bahan kimia, dan komponen mikrobiologi tanah). Diameter merupakan
salah satu dimensi pohon yang paling sering digunakan sebagai parameter
pertumbuhan. Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi fotosintesis. Pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan
hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan
tinggi telah terpenuhi (Latifah,
2004).
Pertumbuhan tinggi tumbuhan dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan
pembentukan dedaunan bergantung pada kualitas tempat tumbuh. Setidaknya
terdapat tiga faktor lingkungan dan satu faktor genetik (intern) yang
sangat nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi yaitu kandungan nutrien
mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta keseimbangan sifat genetik
antara pertumbuhan tinggi dan diameter suatu pohon (Davis dan Jhonson, 1987).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada
tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat
akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda faktor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu
berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya (Greig, 1983).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari
susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan
data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari
penyusun komunitas hutan tersebut. Berdasarkan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Tujuan pendugaan
kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu (1)
pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan
berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal dan (3)
melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu
atau beberapa faktor lingkungan (Greig, 1983).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan
pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut
Soerianegara (1978) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak
ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak.
C. Kebun Raya Purwodadi
Kebun Raya Purwodadi merupakan lembaga
yang dan bahan bangunan mempunyai tugas
dan fungsi untuk melakukan konservasi, penelitian, dan pendidikan flora.
Adapun koleksi-koleksi yang dikelola di kebun raya
purwodadi adalah
1.
Koleksi
bambu, untuk kategory bambu ini kebun raya purwodadi mempunyai 30 jenis bambu,
yang diantaranya diambil dari pulau jawa, sulawesi, maluku, dan dari luar
negeri seperti Thailand, china, dan birma.untuk tanaman bambu ini terletak
disebelah selatan kebun raya.
2.
Koleksi Palem, untuk
kategori palem ini terletak ditengah kebun raya, palem ini merupakan salah satu
tanaman yang berumur ratusan tahun.
3.
Koleksi Paku, untuk kategori
tanaman paku ini kebun raya purwodadi mempunyai 60 jenis tanaman paku. Tanaman
paku ini terletak disebelah timur kebun raya yang lokasinya dekat dengan sungai
dan air terjun yang ada disana.
4.
koleksi Polong-polongan,
untuk kategori polong – polongan ini kebun raya purwodadi mempunyai 157 jenis
tanaman polong – polongan, yang terdiri dari 70 marga. Untuk kategori ini
berada disebelah utara kebun raya.
5. Koleksi
Obat, untuk kategori ini berada di sebelah timur kebun raya,. Untuk tanaman
obat ini saya belum mengetahui jelas detailnya, yang pasti saya melihat banyak
buah mengkudu/pace disana.
Kebun Raya Purwodadi - LIPI
Jln. Raya Surabaya - Malang KM. 65
Tlp. (0341) - 426046 /
424076
(0343) - 615033
Fak. (0341) - 426046 ,(0343)
– 615033
Setelah mencermati
pengarahan dan penjelasan dari pemandu kebun raya tersebut yaitu Bapak kiswoyo,
beliau menerangkan tentang berbagai banyak family kemudian ke spesiesnya.
Adapun famili-famili tersebut slah satunya adalah:
1.
Fabaceae adalah nama botani
untuk sebuah famili tumbuhan yang besar, yang terdiri dari tiga subfamili,
yaitu Caesalpinioideae, Mimosoideae dan Faboideae (padanannya dalam Leguminosae
ialah Papilionoideae). Subfamili Mimosoideae dan Caesalpinioideae terkadang
dinaikkan ke peringkat famili Mimosaceae dan Caesalpiniaceae, sehingga
mempunyai dua nama botani yaitu Fabaceae atau Papilionac eae.
Leguminosae (atau Fabaceae sensu lato) ialah famili tanaman
berbunga yang kedua besar, dengan 650 genus dan melebihi 18.000 spesies. Spesies-spesies
ini merupakan kacang-kacangan dan famili ini terdiri daripada beberapa sumber
makanan yang paling bernilai, seperti kacang, kacang pea, kacang tanah, kacang
soya, dan lentil. Spesies yang lain merupakan sumber makanan hewan, dan
termasuk lupin, klover, alfalfa, cassia, dan kacang soya. Genus seperti
Laburnum, Robinia, Gleditsia,
Acacia, Mimosa, dan Delonix
merupakan tanaman hias. Spesies-spesies yang lain mempunyai sifat pengobatan
atau insektisida, umpamanya Derris, ataupun menghasilkan bahan-bahan yang
penting seperti gam arab, tanin, pewarna, atau damar. Terdapat juga tanaman
khusus, satu spesies Asia timur yang pernah ditanam di bahagian tenggara
Amerika Serikat untuk perbaikan tanah dan sebagai makanan lembu. Penanaman
spesies ini telah dihentikan karena tanaman ini telah menjadi gulma yang tumbuh
di mana-mana.
Secara umum, tumbuhan-tumbuhan legum ini dikelaskan kepada tiga
subfamili (terkadang dinaikkan ke peringkat famili dalam order Fabales),
berdasarkan morfologi bunga, khususnya bentuk kelopaknya:
a)
Caesalpinioideae
(Caesalpiniaceae): Bunganya bersifat zigomorph, tetapi amat berbeda, seperti
bunga Cercis kelihatan amat serupa dengan bunga Faboideae, dan bunga Bauhinia
mempunyai lima kelopak yang sama besar dan bersimetri.
b)
Mimosoideae (Mimosaceae):
Kelopaknya kecil dan sering berbentuk globos atau spikat, dengan stamen yang
merupakan bahagian bunga yang paling menonjol.
c)
Faboideae atau
Papilionoideae (Fabaceae sensu strictu atau Papilionaceae): Salah satu daripada
lima kelopaknya adalah besar serta mempunyai garis. Dua kelopak yang
bersebelahannya terletak di tepi bunga, sedangkan dua kelopak yang tinggal
terletak di bahagian bawah bunga dan digabungkan pada pangkalnya untuk
membentuk struktur.
2. Herba
atau perdu, jarang pohon. Daun tersebar atau berpasangan (tetapi tidak
berhadapan), tunggal atau menyirip. Bunga beraturan, kadang-kadang zygomorph,
berkelamin 2, kadang-kadang berkelamin 1, kebanyakan berbilangan 5, dengan
kelopak dan mahkota yang berdaun lekat; mahkota berbentuk corong bentuk
terompet, bentuk piring atau bentuk roda; benang sari 5, jarang 4; kepala sari
sering menggantung atau saling menutup, beruang 2; bakal buah menumpang,
kebanyakan beruang 2; bakal biji banyak tiap ruangnya; tangkai putik 1, bentuk
benang. Buah buni atau buah kotak (Steenis,1978).
Genus: Brugmansia, Brunfelsia, Capsicum,
Cestrum, Solandra, Solanum.
Genus: Solandra
Spesies: Solandra hitida
Sifat Fisik
Tanaman ini disebut
juga cangkir mas, memiliki bunga yang muncul di ujung
tangkai menjulur, agak besar menyerupai piala. Mahkota bunganya
pendek
berkerut,
berwarna kuning lembut dengan garis coklat di bagian dalam.

Daunnya besar-besar berukuran 10-15 cm, tebal, berbentuk
lonjong, dan berwarna hijau. Dahan tanaman ini mengandung zat kayu yang keras
(Emir dkk, 2006).
Sifat Ekologis
Tumbuh baik di tempat terbuka atau sedikit terlindung
sinar matahari dengan penyiraman
secukupnya. Perbanyakan dengan cangkok atau stek batang. Kegunaan dalam Lanskap
Tanaman ini digunakan sebagai penghias pergola dan pagar.
3. Annonaceae
Annonaceae, juga disebut
suku sirkaya-sirkayaan adalah suku dari tanaman berbunga yang terdiri dari
pohon-pohon, semak atau jarang lianas. Dengan kira-kira 2300-2500 spesies dan
lebih dari 130 genera, Annonaceae adalah famili terbesar di ordo Magnoliales.
Hanya empat genera, Annona, Rollinia, Uvaria dan Asimina menghasilkan
buah-buahan yang dapat dimakan. Suku ini terkonsentrasi di daerah tropis,
sekitar 900 spesies Neotropical, 450 adalah Afrotropical, dan spesies lain
Indomalayan.
DESKRIPSI
UMUM
Habitus : Kebanyakan berupa
pohon atau semak, beberapa liana dengan kulit batang, daun, dan bunga aromatic.
Hidup di daerah tropis.
Batang dan Daun : Kulit
batang berserat dan aromatik, empulur terpisah (baik secara tangensial maupun
partisi). Percabangan simpodial dapat juga dikotom. Daun tunggal atau majemul,
tulang daun menyirip.Duduk daun tersebar atau berseling, tanpa daun penumpu..
Bunga : Tangkai bunga
aksilaris ,meninggalkan bekas pada batang yang tua atau pada tunas-tunas daun
yang baru. Bunga biasanya trimerous; ditanggung sendiri-sendiri atau dalam
senyawa inflorescences; biseksual dan jarang berkelamin tunggal. Reseptakel
mungkin menjadi membesar, peningkatan atau flat. Biasanya dua gigih untuk empat
daun yang berbeda atau bawaan (menyatu) di pangkalan. Bunga banci, jarang
berkelamin tunggal, aktinomorf, biasanya berbilangan 3, seringkali mempunyai 2
lingkaran daun-daun mahkota. Benangsari banyak, bakal buah 1 sampai banyak,
bebas satu sama lain, masing-masing berisi banyak atau 1 bakal biji saja,
letaknya pada kampuh perut atau basal, tiap bakal biji mempunyai 2 integumen
Bermacam-macam bungaAnnonaceae
Buah dan Biji : Buah kebanyakan berupa buah buni, kadang-kadang berupa buah buni ganda. Biji dengan endosperm berbelah dan lembaga yang kecil.
Buah dan Biji : Buah kebanyakan berupa buah buni, kadang-kadang berupa buah buni ganda. Biji dengan endosperm berbelah dan lembaga yang kecil.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
KKL
tersebut dilakukan di jalan Raya Malang Surabaya di kebun Raya Purwodadi mulai
dari pukul 07.00-15.00.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Codiaeum variegatum (Puring)


1. KLASIFIKASI
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi
Angiospermae
Kelas
Dicotyledoneae
Ordo
Euphorbiales
Famili
Euphorbiaceae
Genus Codiaeum
Spesies Codiaeum variegatum
2. HABITUS
Habitus dari tumbuhan Puring
(Codium variegatum) adalah perdu.
3. HABITAT
Tanaman
ini tumbuh tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika. hingga
saat ini belun ada data pasti yang menunjukkan asal tanaman ini , menurut
beberapa sumber pustaka puring sudah lama ada di Indonesia dan pertama kali
ditemukan di kepualauan Maluku yang dimanfaatkan sebagai tanaman palgar atau
pekuburan.
Tanaman
Puring di Indonesia dapat tumbuh di dataran rendah ataupun di dataran tinggi,
dengan ketinggian mencapai 1.500 m dpl. Untuk mendapatkan warna yang jelas dan
cerah yakni dengan intensitas cahay yang penuh dan temperature udarah sekitar
20-35 derajat celcius. puring tidak membutuhkan bannyhak air sehingga puring
dapat tumbuh didaerah kering, yakni kelembapan udara sekitar 30%-60%.
Tanama
puring sering dijuluki tanaman kuburan, karena dapat tumbuh diberbagi jenis
tanah, tidak memerlukan jenis tanah khusus. Puring tumbuh mulai dari jenis
tanah yang berat, lempung berpasir, hingga tanah ringan. Sebagai tanaman yang
dibudidayakan Puring dapat ditanam di Pot atgau di kebun terbuka. untk
mendapatkan tanaman yhang baik, dibutuhkan jenis tanah yang banyak mengandung
zat organik, subur dan gembur. sertag tanha berkisar 5-8.
4. DESKRIPSI
a. Daun
Bentuk daun tanaman
Puring bervariasi, ada yang berbentuk pita yang panjangnya 5cm-30 cm, elips
obling, bulat, hingga seperti ujung tombak. perukaan daun ada yang rata,
begelombang, dan berpilin. warna daun juga bervariasi, ada yang berwarna hijau
tua polos dan ada juga yang memiliki lebih dari 3 macam warna, dengan variasi
hijau, cpklat, merah, biru dan kuning. Coraknya ada yang berbintik-bintik,
bergaris-garis dan belang-belang.
b. Tangkai
Tangkainya berbentuk
silindris, mempunyai tegkstur kasar, berwarna coklat, dan tidak berkambium.
batangnya kecil mudcah dipatahkan, dan juga berkayu, bergetah yang berwarna
bening hingga putih.
c. Bunga
bunganya termasuk
bunga telanjang, denagn benang sari yang banyak dan tersusun berangkai dalam
satu bunga. biasanya bunganya berwarna putih, penyerbukannya dibantu leh angin.
d. Manfaat
Tanaman Puring selain
sebagai penghias pagar dan pekarangan rumah pucuk daun mudanya juga dapat
dimanfaatkan sebagai lalapan, tanaman hias, dan obat-obatan tradisional.
kegunaan penting antara lain sebagai berikut :
1. Akar
dan kulit tanaman Puring digunakan untuk menyamak kulit karena tanaman puring
mengandung zat penyamak.
2. Air
rebusan daun puring bisa digunakan untuk memperlancar keluarnya keringat,
caranya air rebusan tersebut digunakan untuk mandi.
3. air
rebusan daunPuring juga bisa dimanfaatkan untuk mengibati penyakit panas.
dengan cara meminum air rebusan tersebut.
4. Air
rebusan daun puring dengan jenis air mancur bisa digunakan untuk ,engobati penyakit
raja singa.
5. Mengobati
penyakit diare. dengan cara mengambil
bagian babagan dari tanaman terus merebusnya.
4.2 Lannea
coromandalica

1. KLASIFIKASI
Kingdom Plantae
Divisi Magnoliphyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Sapindales
Famili Anacardiaceae
Genus Lannea
Spesies Lannea
coromandalica
Nama Daerah :
·
Jawa : Ki Kuda (Sunda),
Kedondong (Jawa Tengah), Kayu Palembang (Madura), Santen (Banyu wangi)
·
Sumatera : Kayu Kuda
(Melayu)
2. HABITUS
Perawakan atau
habitus dari Lannea coromandalica adalah
Pohon.
3. HABITAT
Tanaman ini tumbuh
tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika. hingga saat ini
belun ada data pasti yang menunjukkan asal tanaman ini ,Tanaman ini di
Indonesia dapat tumbuh di dataran rendah ataupun di dataran tinggi, dengan
ketinggian mencapai 1.500 m dpl. Untuk mendapatkan warna yang jelas dan cerah
yakni dengan intensitas cahay yang penuh dan temperature udarah sekitar 20-35
derajat celcius. puring tidak membutuhkan bannyhak air sehingga puring dapat
tumbuh didaerah kering, yakni kelembapan udara sekitar 30%-60%.
4. DESKRIPSI
a. Daun
Bentuk
daun Majemuk, menyirip,
anak daun lirna sampai lima belas, berhadapan, bertangkai pendek, bentuk bulat memanjang, ujung dan pangkal runcing, pertulangan
menyirip. panjang 6-10 cm,lebar 25-50 mm, hijau.
b.
Bunga
Bunganya berbentuk Majemuk, bentuk malai, kelopak panjang ± 1
mm, benang sari delapan sampai sepuluh, kuning, putik empat, pendek, kuning kehijauan.
c.
Buah
Buahnya berbentuk buah Buni, bulat memanjang, masih muda hijau setelah
tua hijau kuning.
d.
Biji
Mempunyai
biji yang berbentuk Bulat, berserat dan berwarna putih.
e.
Akar
Mempunyai bentuk akar
Tunggang, putih kotor.
f.
Batang
Bentuk batangnya berkayu, bulat,
bercabang, bekas daun nampak jelas, masih muda hijau setelah tua putih
kehijauan
5. MANFAAT
Manfaat dari tumbuhan Lannea coromandalica, adalah sebagai berikut :
1. Kulit batangnya berkhasiat sebagai obat mencret dan obat sariawan.
Untuk obat mencret dipakai ± 15 gram
kulit
2. batang segarnya, dicuci
lalu dipotong kecil-kecil,
direbus dengan 2
gelas air selama
15 menit setelah
dingin disaring. Hasil saringan diminum sehari dua kali sama banyak pagi
dan sore.
4.3 SIMPUR AIR(Dillenia suffruticosa)
Bunga
yang masih muda Bunga yang sudah tua
1.Klasifikasi
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
DivisI Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas Dilleniidae
Ordo Dilleniales
Famili Dilleniaceae (suku simpur-simpuran)
Genus Dillenia
Spesies: Dillenia suffruticosa Griff. ex Hook
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
DivisI Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas Dilleniidae
Ordo Dilleniales
Famili Dilleniaceae (suku simpur-simpuran)
Genus Dillenia
Spesies: Dillenia suffruticosa Griff. ex Hook
2.Deskripsi
CIRI-CIRI
-Daun sederhana,Urat
daun menyirip
-Tangkai daun
bersayap sepanjang seluruh panjang daun
-Bunga sekitar
95mm,kuning,terkadang di atur dalam cluster terang
-Buah sekitar 23mm
kapsul,merah panjang,pecah,biji dengan aril merah
-Tinggi hingga 700m
di atas permukaan laut
Tumbuhan berbentuk
pohon, berumur menahun (perenial), tinggi 10 - 15 m. Akar tunggang. Batang
aerial, berkayu, silindris, tegak, warna cokelat kehijauan, kulit tanpa alur,
permukaan kasar, percabangan simpodial (batang utama tidak tampak jelas), arah
cabang miring ke atas atau mendatar. Daun tunggal, bertangkai, tersusun
selang-seling (alternate), warna saat muda cokelat kemerahan - setelah dewasa
hijau, panjang 15 - 20 cm, lebar 5 - 7 cm, bentuk lonjong memanjang (oblongus),
ujung runcing (acutus), pangkal tumpul (obtusus), tepi bergerigi (serratus),
pertulangan menyirip (pinnate), permukaan halus (glaber), tidak pernah meluruh
Bunga tunggal, muncul dari ketiak daun (axillaris) atau ujung batang
(terminalis), bertangkai pendek, panjang mahkota 2 - 3 mm, 5 helai, tidak berlekatan
(polypetalus), warna kelopak hijau Buah buni (bacca), bulat Perbanyaan
Generatif (biji).
HABITAT DAN EKOLOGI
Terutama
di hutan sekunder atau dalam pembukaan lahan di hutan-hutan tidak terganggu,
bahkan di Keranga - kesehatan hutan di tanah podsolik dari tropis serta
sepanjang sungai. Kebanyakan pada aluvial (tanah aluvial) seperti Rawa, hutan
bakau, tepi sungai, tapi kadang-kadang juga ditemukan di bukit dan pegunungan.
Pada liat ke tanah berpasir. Pembungaan terus menerus, setiap bunga terbuka untuk
satu hari saja, di antara dua bunga dari buah yang sama adalah jarak sekitar
3-4 hari. Pemasakan buah setelah 36 hari.
Manfaat
Sifat
obat daun dan akar digunakan dalam nyeri peradangan, gatal-gatal, sakit perut,
dan meringankan setelah melahirkan. Selanjutnya, tanaman ini digunakan untuk
ritual keagamaan dan sebagai tanaman hias. Benih sebagai pakan burung.Dalam
keadaan darurat buah ini dapat di makan mentah.
4.4 Buah
kawista (Limonia acidissima)
Klasifikasi
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas Rosidae
Ordo Sapindales
Famili Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus Limonia
Spesies: Limonia acidissima L.
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas Rosidae
Ordo Sapindales
Famili Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus Limonia
Spesies: Limonia acidissima L.
Habitat
Pohon Kawista tumbuh di daerah tropis dengan
kondisi tanah yang kering. Tumbuhan penghasil buah ini merupakan tanaman
dataran rendah yang mampu tumbuh hingga pada ketinggian 400 mdpl.
Kawista tumbuh alami di
daerah Sri Lanka, India, Myanmar, dan Indocina, kemudian menyebar hingga ke
Malaysia dan Indonesia. Pohon Kawista juga sudah diintrodusir ke Amerika. Di
Indonesia, Kawista tumbuh alami di daerah pesisir utara pulau Jawa.
Habitus
:pohon
Akar
Akarnya
berupa akar tunggang
Batang
Batang anakannya
ramping, sedikit berbiku-biku (zigzag); 1-4 lembar daun pertama berbentuk daun
tunggal. Pohon kawista memperlihatkan pola perkembangan yang sederhana, yaitu
Daun
Daunnya majemuk
berukuran panjang sampai 12 cm, bersirip ganjil dengan rakis dan tangkainya
yang bersayap sempit; anak daunnya berhadapan, 2-3 pasang, anak daun ujung
berbentuk bundar telur sungsang, panjangnya sampai 4 cm, memiliki kelenjar
minyak, dan jika daun diremas mengeluarkan sedikit aroma
Bunga
Bunga Kawista biasanya bergerombol dengan
warna putih atau hijau dan kemerahan. Bunga keluar dari ketiak daun atau
terletak di ujung ranting. Bunga jantan dan bunga
sempurnanya berbilangan lima, berwarna putih, hijau atau lembayung-kemerahan,
biasanya bergerombol dalam perbungaan yang kendur, terletak di ujung ranting
atau di ketiak daun.
Biji
Bijinya berukuran
panjang 5-6 mm, berbulu, berkeping biji tebal dan berwarna hijau;
perkecambahannya epigeal.
Buah
Buahnya bertipe buah
buni, berkulit keras, berdiameter sampai 10 cm; permukaan kulitnya bersisik,
terlepas-lepas, berwarna keputih-putihan; daging buahnya yang harum itu berisi
banyak biji yang berlendir. Buah Kawista yang
telah cukup masak akan jatuh dengan sendirinya. Karena kulit buahnya yang
keras, meskipun jatuh buah ini tidak akan rusak.
Manfaat
Kawista dapat dimakan
langsung. Atau diolah menjadi berbagai komoditas seperti sirup dan dodol.
Selain itu Buah kawista yang matang dipercaya mampu menjadi obat menurunkan
panas dan sakit perut, serta dimanfaatkan sebagai tonikum.
Kulit batang pohon Kawista
dipercaya juga dapat menjadi campuran jamu untuk mengatasi haid yang
berlebihan, gangguan hati, mengatasi mual-mual, bahkan untuk mengobati luka
akibat gigitan serangga.
Di Sri Lanka, krim
kawista merupakan hasil olahan dari daging buahnya. Di India juga buah kawista
dimanfaatkan dengan cara yang bersamaan dengan kerabat dekatnya yaitu maja
(Aegle marmelos (L.) Correa), tetapi tidak dapat menggantikan maja itu.
Kayu kawista
digunakan untuk bangunan rumah, tiang dan perabotan pertanian. Getah yang
dikumpulkan dari kulit kayunya dilaporkan memiliki manfaat obat, dan digunakan
sebagai pengganti gom arab.
4.5 Peperomia
pellucida

Klasifikasi
tanaman Suruhan (Peperomia pellucida)
Kerajaan
: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Magnoliidae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : PeperomiaJenis :
Spesies Peperomia
pellucida
Diskripsi
:
Peperomia
pelusida adalah, tahunan dangkal-berakar ramuan, biasanya tumbuh hingga
ketinggian sekitar 15 sampai 45 cm. itu ditandai dengan batang sukulen,
mengkilap, berbentuk hati, daun berdaging dan kecil, dot-seperti biji yang
melekat pada paku berbuah beberapa. Memiliki bau mustard seperti bila diremas.
Para Piperaceae keluarga terdiri dari sekitar selusin genera dan sekitar 3000
spesies. Para Peperomia genus mewakili hampir setengah dari Piperaceae dengan
genus Piper membuat sebagian besar sisanya.
Batang
:
Tinggi
batang 20 sampai 40 cm, berair, bercabang, bulat, tebalnyasekitar 5 mm,
warnanya hijau pucat
Daun
:
Daun
tunggal letaknya berseling,bentuk bundar telur melebar dengan ujung meruncing,
pangkalnyamembentuk jantung, tepi rata, panjang 1-3 cm, permukaan atas
hijaupucat mengkilap, permukaan bawahnya lebih muda dan agak kelabu.
Bunga
:
Bunga
tersusun dalam rangkaian berbentuk bulir yang panjangnya 1-6cm, warnanya hijau,
di ujung tangkai dan ketiak daun. Buah berbentuk bulat, ujung runcing, sangat
kecil dengan diameter kurang dari 1 mmtersusun seperti buah lada, berbentuk
bujur dan berwarna hijau ketikamuda dan coklat apabila matang mempunyai minyak
sari apabila dimasak.Herba ini tumbuh menegak.
Habitat
:
Herba Suruhan (P. pellucida) tumbuh liar dan
biasanya menggerombol. Mudah dijumpai di kebun, di halaman rumah, tepi jalan,
dipinggiran selokan, dan di tempat lain yang lembab atau berair. Peperonia,
bersama dengan krokot dan Talinium triangulare, adalah salah satu herbal yang
dapat dimakan yang dapat ditemukan tumbuh keluar dari celah-celah trotoar dan
di relung meninggalkan seluruh kota, sedikit orang yang memahami bahwa itu
adalah daun dimakan sangat baik, dengan rasa yang halus, mengingatkan ketumbar.
Ia memiliki akar sangat dangkal dan batang sukulen (juga makan), itu relawan
itu sendiri dan tumbuh secara luas di seluruh pembibitan saya, biasanya
menyebarkan diri di dasar pohon dalam pot yang lebih besar.
Kegunaan
:
Herba
Suruhan menunjukkan aktivitas agen antibakteri Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis, Pseudomonas aeruginosa ,dan Escherichia coli . Herba
suruhan juga biasa digunakan sebagaianalgetik, obat asam urat,Antipiretik, dan
memberikan efekneurofarmakologi
4.6 Solanum
lycopersicum
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus: Solanum
Spesies: Solanum lycopersicum L.
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus: Solanum
Spesies: Solanum lycopersicum L.
Diskripsi
:
(Solanum lycopersicum) atau
lebih dikenal dengan nama tomat
adalah tumbuhan
dari keluarga Solanaceae,
tumbuhan asli Amerika Tengah
dan Selatan,
dari Meksiko
sampai Peru.
Solanum lycopersicum
merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3
meter. Solanum lycopersicum
merupakan keluarga dekat dari kentang
(Anonim,2009)
Solanum
lycopersicum biasanya tanaman
setahun (annual) di wilayah iklim dingin atau tanaman tahunan berumur pendek di
daerah tropika. Tanaman ini tumbuh dengan tinggi 0,5-2,0 m, dengan batang padat
dan gemuk serta memiliki tinggi kurang dari 30 cm. Solanum lycopersicum memiliki
akar tunggang yang kuat dan dalam, beberapa spesies kadang – kadang mencapai
kedalaman 3 m. Daun Solanum
lycopersicum adalah daun majemuk menyirip daun majemuk
menyirip letak berseling – seling (interrupte
pinnatus), bergerigi kasar (serratus)
dan sering kali keriting, tetapi kadang juga rata.
Habitus
:
Solanum
lycopersicum atau tomat berasal
dari Amerika tropis, ditanam sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan, atau
ditemukan liar pada ketinggian 1--1600 meter di atas permukaan laut.
Pengembangan budidayanya semakin meluas di berbagai negara di dunia, termasuk
kawasan Asia. Di Filipina, tanaman Solanum lycopersicum
diperkenalkan pada tahun 1571, kemudian ditanam di negara lainnya di Asia.
Masuknya tanaman Solanum lycopersicum ke Indonesia diduga
pada tahun 1811. Tanaman ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik, serta
menghendaki tanah yang gembur dan subur. Terna setahun (annual) ini tumbuh
tegak atau bersandar pada tanaman lain, tinggi 0,5--2,5 meter, bercabang
banyak, berambut, dan berbau kuat. Batang bulat, bercabang mulai dari ketiak
daun yang berada dekat dengan tanah, kulit batang berwarna hijau dan berbulu.
menebal pada buku-bukunya, berambut kasar dan warnanya hijau keputihan
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Habitat
:
Buah
Solanum lycopersicum ditanam sebagai tanaman buah di ladang,
pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1--1600 meter di atas permukaan
laut. Tanaman ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik, serta menghendaki
tanah yang gembur dan subur. Terna setahun (annual) ini tumbuh tegak atau
bersandar pada tanaman lain, tinggi 0,5--2,5 meter (Rubatzky dan Yamaguchi,
1999).
Akar
( Radix )
Perakaran
Solanum lycopersicum merupakan akar tunggang yang terdiri atas
akar utama dan akar-akar lateral yang mengeluarkan serabut-serabut akar yang
berwarna keputih-putihan yang menyebar ke semua arah hingga kedalaman 30-40 cm.
Panjang akar utama berkisar 35 – 50 cm dan akar-akar lateral menyebar sekitar
35 – 45 cm.
Batang
( Caulis )
Batang
Solanum lycopersicum bercabang banyak, berambut, dan berbau
kuat. Batang bulat, menebal pada buku-bukunya, berambut kasar warnanya hijau
keputihan. Kelenjar bulu kecil yang terdapat pada batang, daun dan tangkai
bunga memiliki bau tajam.
Batang
utama Solanum lycopersicum tegak lurus dan kokoh, pada
setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru, namun tunas-tunas ini harus dibuang
sampai batang utama menghasilkan cabang primer yang membentuk dua batang yang
sama besarnya berbentuk huruf “Y”, dan tunas-tunas lateral yang tumbuh pada
kedua batang di atas cabang primer juga harus dibuang, sehingga batang yang
dipelihara adalah dua batang utama yang tumbuh dari cabang primer.
Daun
( Folium )
Daun
Solanum lycopersicum Daun Solanum lycopersicum
tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, daun majemuk menyirip letak berseling
– seling (interrupte pinnatus), bangun daun (circumscriptio)
bentuknya bundar telur sampai memanjang (orbicularis), ujung daun (apex)
runcing (acutus), pangkal daun (basis) membulat (rotundatus),
pertulangan daun (nervatio) menyirip (penninervis), helaian daun
yang besar tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil tepi (margo)
daunnya bergerigi kasar (serratus), daging daun (intervenium)
tipis lunak (herbaceus), permukaan helaian daun berbulu halus dan rapat (villosus),
dengan panjang 3-25 cm dan lebar 2-15 cm, warnanya hijau muda,
tangkai daun berbentuk bulat memanjang.
Bunga
( Flos )
Bunga
Solanum lycopersicum merupakan bunga majemuk, terletak dalam
rangkaian bunga yang terdiri atas 4-14 kuntum bunga yang menggantung pada
rangkaian bunga, berkumpul dalam rangkaian berupa tandan datar (racemosa)
lebar, bertangkai, mahkota berbentuk bintang, warnanya kuning. Bunga Solanum
lycopersicum adalah bunga sempurna (completes),
berdiameter sekitar 2 cm dan sering menggantung dengan mahkota bunga (corrola)
berbentuk seperti terompet (hypocrateriformis) berwarna kuning yang
terdiri dari kelopak bunga (calyx) 5 kelopak terdiri atas daun-daun
kelopak yang berlekatan, mahkota bunga (corrola) 5 dengan menyirap,
benang sari (stamen) 5, dan putik (pistillum) 2 dengan bakal buah
tenggelam (inferus). Benang sari dan putik terletak dalam satu bunga
sehingga disebut berkelamin dua (hermaphroditus) dan bunga yang
bersimetri banyak (actinomorpus). Bunga tidak menghasilkan madu,
walaupun penyerbukan silang, biasanya dengan perantaraan serangga, terjadi
dengan frekuensi yang beraga.
Buah
( Fruktus )
Buah
pada Solanum lycopersicum buah buni (beri) berdaging,
permukaannya agak berbulu ketika masih muda, tetapi halus ketika matang.
kulitnya tipis licin mengkilap, beragam dalam bentuk maupun ukurannya, warnanya
kuning atau merah. Buah sebagian besar kultivar berbentuk bundar, bentuk lain
adalah memanjang, plum dan lir-pir. Pada beberapa kultivar, cuping daun buah (lobe)
terlihat jelas, suatu tanda bahwa buah memiliki banyak bakal buah.
Biji
( Semen )
Ketika
matamg biji pada Solanum lycopersicum dikelilingi oleh bahan
gel yang normalnya memenuhi rongga buah. Buah biasanya mengandung banyak biji,
yang berbentuk pipih, kecil, licin dan warnanya krem muda hingga
kecokelatan. Biji biasanya memiliki panjang 2-3 mm; sekitar 300-350 biji
berbobot 1 g
4.7 Buah Kepel (Stelechocarpus burahol)


1.
Klasifikasi
Kingdom
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas Magnoliidae
Ordo Magnoliales
Famili Annonaceae
Genus Stelechocarpus
Spesies Stelechocarpus burahol
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas Magnoliidae
Ordo Magnoliales
Famili Annonaceae
Genus Stelechocarpus
Spesies Stelechocarpus burahol
2. Deskripsi
Pohon Kepel (Stelechocarpus
burahol) mempunyai tinggi hingga 25 m dengan diameter batang mencapai 40
cm. Pada kulit batangnya terdapat benjolan-benjolan. Benjolan-benjolan ini
merupakan bekas tempat bunga dan buah karena bunga dan buah kepel memang muncul
di batang pohon bukannya di pucuk ranting atau dahan.
1)
Daun
Daun Kepel tunggal,
lonjong meruncing dengan panjang antara 12 – 27 cm dan lebar 5 – 9 cm. Warna daun Kepel hijau gelap.
Bunga berkelamin tunggal, harum. Bunga jantan terdapat pada batang bagian atas
atau cabang yang tua bergerombol antara 8 sampai 16. Sedangkan bunga betina
hanya terdapat pada batang bagian bawah.
2)
Buah
Buah Kepel tumbuh
memenuhi batang pohonnya. Bentuk buah Kepel bulat lonjong dengan bagian pangkal
agak meruncing. Warna buah Kepel (Stelechocarpus burahol) coklat agak
keabu-abuan, dan ketika sudah tua akan berubah menjadi coklat tua. Daging buah
berwarna agak kekuningan sampai kecoklatan membungkus biji yang berukuran cukup
besar. Rasa buah Kepel manis.
3) Habitat
dan Persebaran.
Pohon Kepel atau
Burahol tersebar di kawasan Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Indonesia hingga
Kepulauan Solomon bahkan Australia. Di Indonesia, terutama di Jawa, Pohon Kepel
mulai jarang dan langka. Pohon Kepel dapat tumbuh di habitat yang berupa hutan
sekunder yang terdapat di dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl.
4)
Manfaat
:
Buah Kepel sejak zaman dahulu telah
dipergunakan oleh para putri keraton sebagai penghilang bau badan dan pewangi
badan. Selain itu juga dipercaya sebagai salah satu sarana kontrasepsi sebagai
sterilitas wanita (KB). Daging buah kepel dipercaya mempunyai khasiat
memperlancar air kencing, mencegah inflamasi ginjal. Kayu pohon Kepel (Stelechocarpus burahol)
dapat digunakan sebagai bahan industri atau bahan perabot rumah tangga
dan bahan bangunan yang tahan lebih dari 50 tahun. Daun kepel bisa juga
dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat. Lalap daun kepel mampu menurunkan kadar
kolesterol.
4.8 Rhoeo
spathacea

1.
KLASIFIKASI
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Commelinales
Famili: Commelinaceae
Genus: Rhoeo
Spesies: Rhoeo spathacea
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Commelinales
Famili: Commelinaceae
Genus: Rhoeo
Spesies: Rhoeo spathacea
2.
NAMA
UMUM
Nama
indonesia : Nanas Kerang
3.
HABITUS
Habitus
Semak, tinggi 40-60 cm.
4.
DESKRIPSI
1)
Batang
Batang Kasar, pendek, lurus, coklat.
2) Daun
Daun Tunggal, lonjong,ujung
runcing, pangkal memeluk batang, tepi rata, panjang 25-30 cm, lebar 3-6
cm,permukaan atas hijau, permukaan lainnya merah kecoklatan.
3)
Bunga
Majemuk, bentuk mangkok,
di ketiak daun, terbungkus kelopak seperti kerang, benang sari silindris,
banyak, putih, kepaia putikkuning, mahkota bentuk segitiga, tiga lembar, putih.
4)
Akar
Serabut, kecoklatan.
5)
Manfaat
Manfaat
dari Rhoeo spathacea adalah
o
Daun
dan bunga Rhoeo spathacea berkhasiat sebagai obat batuk.
o
Untuk
obat batuk dipakai 115 gram daun segar Rhoeo spathacea, dicuci, direbus dengan
1 gelas air selama 15 menit, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum
dua kali sama banyak selang 2 jam.
4.9
Guazuma ulmifolia

1.
KLASIFIKASI
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Malvales
Famili: Sterculiaceae
Genus: Guazuma
Spesies: Guazuma ulmifolia
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Malvales
Famili: Sterculiaceae
Genus: Guazuma
Spesies: Guazuma ulmifolia
2.
NAMA
DAERAH
Jawa : Jati londa
atau jatos landi; Jati belanda (Banyuwangi)
Sumatra : Jati Belanda
3.
HABITUS
Tumbuhan berupa semak atau
pohon, tinggi 10 m sampai 20 m, percabangan ramping
4.
DESKRIPSI
1)
Akar
Akarnya berupa akar tunggang, berwarna putih kecoklatan.
2)
Batang
Batan Keras,
bulat, permukaan kasar,
banyak alur, berkayu, bercabang,
berwarna hijau keputihan.
3)
Daun
Daun tungal
berbentuk bulat telur sampai lanset, panjang helai daun 4 cm sampai 22,5 cm,
lebar 2 cm sampai 10
cm, pangkal daun
menyerong berbentuk jantung
yang kadang-kadang tidak setangkup, bagian
ujung meruncing dan
tajam, permukan daun
bagian atas berambut
jarang, permukaan bagian bawah berambut rapat, permukan kasar; panjang
tangkai daun 5 mm sampai 25 mm, mempunyai
daun penumpu berbentuk
lanset atau berbentuk
paku, panjang 3 mm
sampai 6
mm, tepi atau
pinggir daun bergerigi,
ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip, berseling,
serta berwarna hijau
kecoklatan sampai coklat
muda. Daun majemuknya berseling dan berbentuk menjari.
Daun memiliki stipula (daun penumpu)
namun biasanya gugur.
4)
Bunga
Perbungaan
berupa mayang terletak
di ketiak daun,
panjang 2 cm
sampai 4 cm,
berbunga. banyak, bentuk bunga bulat agak ramping dan berbau wangi;
panjang gagang bunga lebih kurang 5 mm; kelopak
bunga lebih kurang
3 mm; mahkota
bunga berwarna kuning,
panjang 3 mm sampai
4 mm; tajuk
terbagi dalam 2
bagian, berwarna ungu
tua kadang-kadang kuning
tua, panjang 3 mm
sampai 4 mm,
bagian bawah berbentuk
garis, panjang 2
mm sampi 2,5 mm















tabung
benang sari berbentuk mangkuk, tangkai 1-1,5 cm, hijau muda.
5) Buah
Berbentuk
kotak, bulat, keras, permukaan berduri bakal buah berambut, panjang buah 2 cm sampai 3,5
cm. Buah yang
belum masak berwarna
hijau dan yang
telah masak berwarna hitam. Banyak dihasilkan ketika
musim penghujan.
6) Biji
Kecil, keras, diameter ± 2 mm, berwarna
coklat muda.
5.
MANFAAT
Manfaat
dari Guazuma ulmifolia adalah
sebagai berikut
§ Secara tradisonal,
daun jati belanda
berkhasiat sebagai obat
pelangsing tubuh dan
menurunkan kadar lemak tubuh.
§ Buah
atau daun jati belanda membantu pengobatan diare, batuk, dan nyeri perut.
§ Bijinya
dapat digunakan sebagai obat sakit perut, obat mencret dan kembung
§ Buahnya dapat digunakan sebagai obat batuk,
§ Dekok
kulit batang dapat digunakan sebagai obat malaria, diare dan sifilis.
§ Kulit
batang Jati belanda membantu pengobatan
diaforetik, bengkak kaki,
§ Jati belanda
juga dapat digunakan
untuk mengobati influenza
(flu), pilek, disentri, luka dan
patah tulang.
§ Ekstrak
dari daunnya dapat menekan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Shigella
dysenteria, dan Bacillus subtilis secara in vitro
4.10 Ficus
septica

1.
Nama tanaman
Nama
daerah : Kiciyat (Sunda), Awar-awar (Jawa Tengah, Belitung), Barabar
(Madura), Sirih popar (Ambon), Bei, Loloyan (Minahasa); Tobotobo
(Makasar); Dausalo (Bugis); Bobulutu (Halmahera Utara); Tagalolo (Ternate)
(Hutapea, 1991).
Nama
asing : Papua Nugini : Omia (Kurereda), Manibwohebwahe (Wagawaga, Milne Bay),
Bahuerueru (Vanapa); Filipina: Hauili (Filipino), Kauili (Tagalog), Sio
(Bikol).
2.
Klasifikasi tanaman
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Urticales
Suku : Moraceae
Marga : Ficus
3.
Uraian tanaman
Pohon
atau semak tinggi, tegak 1-5 meter. Batang pokok bengkok-bengkok, lunak,
ranting bulat silindris, berongga, gundul, bergetah bening. Daun penumpu
tunggal, besar, sangat runcing, daun tunggal, bertangkai, duduk daun berseling
atau berhadapan, bertangkai 2,53 cm. Helaian berbentuk bulat telur atau elips,
dengan pangkal membulat, ujung menyempit cukup tumpul, tepi rata, 9-30 x 9-16
cm, dari atas hijau tua mengkilat, dengan banyak bintik-bintik yang pucat, dari
bawah hijau muda, sisi kiri kanan tulang daun tengah dengan 6-12 tulang daun
samping; kedua belah sisi tulang daun menyolok karena warnanya yang pucat.
Bunga majemuk susunan periuk berpasangan, bertangkai pendek, pada pangkalnya
dengan 3 daun pelindung, hijau muda atau hijau abu-abu, diameter lebih kurang
1,5 cm, pada beberapa tanaman ada bunga jantan dan bunga gal, pada yang lain
bunga betina. Buah tipe periuk, berdaging , hijau-hijau abu-abu, diameter 1,5-2
cm. Waktu berbunga Januari-Desember. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa dan
Madura; tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut,
banyak ditemukan di tepi jalan, semak belukar dan hutan terbuka.
4.
Kandungan dan Manfaat Tanaman
Daun
Ficus septica
mengandung senyawa flavonoid genistin
dan kaempferitrin, kumarin,
senyawa fenolik, pirimidin dan alkaloid antofin,
10S,13aR-antofin N-oxide, dehidrotylophorin, ficuseptin A, tylophorin,
2-Demetoksitylophorin, 14α-Hidroksiisotylopcrebin N-oxide, saponin
triterpenoid, sterol (Wu et al., 2002 cit Lansky et al., 2008, Yang et al.,
2005, Damu et al., 2005). Akar mengandung sterol dan polifenol (Hutapea, 1991).
Alkaloid yang terkandung pada batang antara lain adalah fenantroindolisidin
(ficuseptin B, ficuseptin C, ficuseptin D, 10R,13aR-tylophorin N-oxide,
10R,13aR-tylocrebrin N-oxide, 10S,13aR-tylocrebrin N-oxide,
10S,13aR-isotylocrebrin N-oxide, dan 10S,13aS-isotylocrebrin N-oxide (Damu et
al., 2005). Daun dan akar mengandung stigmasterol dan β-sitosterol. Daun dan
batang mengandung alkaloid isotylocrebin dan tylocrebin (Wu et al., 2002 cit
Lansky et al., 2008).
Daun
digunakan untuk obat penyakit kulit, radang usus buntu, mengatasi bisul,
gigitan ular berbisa dan sesak napas. Akar digunakan untuk penawar racun ikan
dan penanggulangan asma. Perasan air dari tumbukan akar awar awar dan adas
pulowaras dapat digunakan untuk mengobati keracunan ikan, gadung (Dioscorea
hispida dennst) dan kepiting. Jika ditumbuk dengan segenggam akar
alang-alang dan airnya diperas merupakan obat penyebab muntah yang sangat
manjur. Untuk obat bisul dipakai ± 5 gram daun segar Ficus septica,
ditumbuk sampai lumat, kemudian ditempelkan pada bisul. Getah dimanfaatkan
untuk mengatasi bengkak-bengkak dan kepala pusing. Buah untuk pencahar.
5. Manfaat
Alkaloid
fenantroindolisidin dalam daun Ficus septica
memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker.
Aktivitas sitotoksik komponen fenantroindolisidin menunjukkan nilai poten yang
tinggi pada cell lines carcinoma KB-VI (multidrugs resistance cell)
dan KB-3-1 (sensitive cell). Salah satu komponen fenantroindolisidin
berupa 6-O-desmethylantofine dari Tylophora tanakae
mempunyai IC50 7 ± 3 nM untuk sel KB-3-1dan IC50 10 ± 4
nM untuk sel KB-VI (Staerk et al., 2002). Batang Ficus septica
yang terbukti mengandung alkaloid
fenantroindolisin mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker nasofaring
HONE-1 (human nasopharyngeal carcinoma) dan sel kanker lambung
NUGC (human gastric cancer) (Damu et al., 2005).
Penelitian Yang et al. (2005) menyebutkan daun tanaman ini memiliki efek
anti inflamasi melalui penghambatan inducible nitic oxide synthase
(iNOS) dan enzim siklooksigenase-2 (COX-2).
Ekstrak
etanolik daun Ficus septica memberikan efek sitotoksik terhadap sel
kanker payudara T47D dengan IC50 59 µg/ml (unpublished data, CCRC).
Isoflavonoid genistin memiliki aktivitas sitotoksik melalui pemacuan apoptosis
pada sel kanker ovarian, SV-OV-3. Isoflavonoid genistin menginduksi apoptosis
pada sel kanker ovarian SK-OV-3 melalui peningkatan aktivitas caspase 3 (Choi et
al., 2006). Kumarin umbelliprenin dan senyawa fenolik resveratrol diketahui
memiliki aktivitas stotoksik pada sel MCF7 ( Lim et al., 2008; Guisado et
al., 2002). Penelitian Chu et al. (2001) membuktikan kumarin
eskuletin mampu menginduksi apoptosis dan menurunkan ekspresi protein Bcl-2
hingga 58% pada sel leukemia HL-60 selama inkubasi 9 jam. Penelitian Guisado et
al. (2005) menyatakan bahwa senyawa fenolik resveratrol menginduksi
apoptosis melalui down-regulation NFκB pada penghambatan jalur signaling
PI3K/Akt yang mengakibatkan penurunan ekspresi protein Bcl-2. Triterpenoid
Amooranin dari tanaman tropis India Amoora rohituka menginduksi
apoptosis dengan menurunkan ekspresi protein Bcl-2 serta memotong caspase 8, 9,
6, Bid pada sel kanker payudara MCF-7 (Rabi et al., 2007).
4.11
Aegle marmelos

1. Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus: Aegle
Spesies: Aegle marmelos (L.) Corr
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus: Aegle
Spesies: Aegle marmelos (L.) Corr
2. Asal dan Distribusi Aegle
marmelos
Pohon ini tumbuh liar di hutan kering di perbukitan dan dataran tengah dan selatan India dan Burma, Pakistan dan Bangladesh, juga di daun campuran dan hutan dipterocarpaceae kering Indocina Perancis mantan. Perhatian ditemukan dalam tulisan-tulisan dating kembali ke 800 SM Hal ini dibudidayakan di seluruh India, terutama di kuil kebun, karena statusnya sebagai pohon suci, juga di Ceylon dan utara Malaya, daerah lebih kering dari Jawa, dan sampai batas tertentu di bagian utara Luzon di Kepulauan Filipina di mana ia pertama berbuah di 1914. Hal ini tumbuh di beberapa kebun Mesir, dan di Suriname dan Trinidad. Benih dikirim dari Lahore ke Dr Walter T. Swingle tahun 1909 (PI Nomor 24450). Spesimen telah diselenggarakan dalam koleksi jeruk di Florida dan di stasiun penelitian pertanian, tetapi pohon tidak pernah ditanam untuk buahnya di negara ini kecuali oleh Dr David Fairchild di rumahnya, yang "Kampung", di Miami, setelah ia memperoleh rasa untuk itu, disajikan dengan Jaggery (gula aren), di Ceylon.
Pohon ini tumbuh liar di hutan kering di perbukitan dan dataran tengah dan selatan India dan Burma, Pakistan dan Bangladesh, juga di daun campuran dan hutan dipterocarpaceae kering Indocina Perancis mantan. Perhatian ditemukan dalam tulisan-tulisan dating kembali ke 800 SM Hal ini dibudidayakan di seluruh India, terutama di kuil kebun, karena statusnya sebagai pohon suci, juga di Ceylon dan utara Malaya, daerah lebih kering dari Jawa, dan sampai batas tertentu di bagian utara Luzon di Kepulauan Filipina di mana ia pertama berbuah di 1914. Hal ini tumbuh di beberapa kebun Mesir, dan di Suriname dan Trinidad. Benih dikirim dari Lahore ke Dr Walter T. Swingle tahun 1909 (PI Nomor 24450). Spesimen telah diselenggarakan dalam koleksi jeruk di Florida dan di stasiun penelitian pertanian, tetapi pohon tidak pernah ditanam untuk buahnya di negara ini kecuali oleh Dr David Fairchild di rumahnya, yang "Kampung", di Miami, setelah ia memperoleh rasa untuk itu, disajikan dengan Jaggery (gula aren), di Ceylon.
3.
Deskripsi
Aegle marmelos adalah nama
ilmiah dari pohon buah yang juga dikenal sebagai Bel atau Sriphal dalam bahasa
Hindi lokal. Nama Inggrisnya adalah Batu Apple dan Benggala Quince. Pohon Aegle marmelos adalah
salah satu tanaman obat yang paling berguna dari India. Sifat obat telah
dijelaskan dalam risalah medis kuno dalam bahasa Sansekerta, Charaka Samhita.
Semua bagian pohon ini termasuk batang, kulit kayu, akar, daun dan buah pada
semua tahap kematangan memiliki kegunaan untuk obat dan telah digunakan sebagai obat tradisional untuk
waktu yang lama. Buah ini hanya bisa digunakan untuk obat ketika matang. Buah yang matang adalah
aromatik, astringent yang membantu pembangunan kulit dan pendingin badan . Buah mentah atau setengah
matang adalah zat, obat perut untuk
meningkatkan nafsu makan dan antiscorbutic, yaitu yang membantu untuk memerangi
penyakit kudis disebabkan karena kekurangan vitaminC. Maja (Aegle marmelos)
tumbuh dalam bentuk pohon keras, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 10 -
15 m. Batang berkayu (lignosus), berbentuk silindris, batang tua kadang
melintir satu sama lain, berwarna coklat kotor, permukaan kasar. Percabangan
banyak. Daun tunggal, tersusun berseling (alternate), warna hijau, bentuk bulat
telur, panjang ± 7,5 cm, lebar ± 4,8 cm, ujung dan pangkal meruncing
(acuminatus), tepi kadang bergerigi tumpul (crenatus), susunan pertulangan
menyirip (pinnate), meluruh pada musim kemarau. Bunga majemuk, kelopak
berbentuk bintang (stellatus). Buah bulat agak lonjong, panjang 5 - 12 cm. Akar
tunggang. Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (cangkok).
Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian ± 500 m dpl. Bisa tumbuh di lahan
basah seperti rawa-rawa maupun di lahan kering. Mulai belajar berbuah pada umur
5 tahun dan produksi maksimal dicapai setelah umur 15 tahun. Satu pohon bisa
menghasilkan 200-400 butir buah. Buah maja biasanya masak pada musim kemarau
bersamaan dengan daun-daunnya yang meluruh.
1)
Deskripsi
pohon
Pohon buah Bael termasuk pertumbuhan lambat, berukuran sedang, sampai 40 atau 50 ft (12-15 m) tinggi dengan batang pendek, tebal, lembut, kulit mengelupas, dan menyebar, cabang terkadang berduri, dan ada sebagian yang pendek. Daun muda kaku dan berduri lurus. Batang bergetah, bercabang menggantung menjadi untaian panjang, secara bertahap menjadi padat. daun gugur, daun alternatif, ditanggung secara tunggal atau dalam 2 atau 3, terdiri dari 3 sampai 5 oval, runcing, leaflet bergigi pendek-pendek, 1 1/2 sampai 4 (4-10 cm) panjang, 3/4 untuk 2 in ( 2-5 cm) lebar, satu terminal dengan tangkai daun panjang. Daun Baru adalah glossy dan merah muda-merah marun. Daun dewasa memancarkan bau yang tidak menyenangkan.. Bunga harum, dalam kelompok 4 sampai 7 sepanjang branchlets muda, memiliki 4 tangkai, kelopak berdaging, permukaan luar hijau, dan di dalam kekuningan, dan 50 atau lebih benang sari berwarna kuning kehijauan. Buah, bulat, pyriform, oval, atau lonjong, 2 sampai 8 inci (5-20 cm) di diameter, kulit buah tipis, keras, kayu shell atau kulit kurang lembut, abu-abu-hijau sampai buah sepenuhnya matang, sampai kekuningan. Hal ini dihiasi dengan aromatik, kelenjar minyak. Di dalam, ada inti pusat keras dan 8 sampai 20 segmen segitiga samar-samar, tipis, dinding gelap-oranye, penuh dengan aromatik, pucat-oranye, pucat, manis, resin. Tertanam dalam pulp adalah 10 sampai 15 biji, rata-lonjong, sekitar 3/8 dalam (1 cm) panjang, bantalan rambut wol dan masing-masing tertutup dalam kantung perekat, lendir transparan yang mengeras pada pengeringan.
2) Varietas pohon: marmelos Aegle
Satu terhormat, kultivar besar dengan biji kulit dan sedikit tipis dikenal sebagai 'Kaghzi'. Dr L.B. Singh dan rekan kerja di Institut Penelitian Hortikultura, Saharanpur, India, disurvei pohon buah Bael di Uttar Padesh, disaring sekitar 100 bibit, dipilih sebagai yang paling menjanjikan untuk penanaman komersial: 'Mitzapuri', 'Darogaji', 'Ojha', ' Rampuri ',' Azamati ',' Khamaria '. Dinilai terbaik adalah 'Mitzapuri', dengan kulit yang sangat tipis, pecah dengan sedikit tekanan dari ibu jari, pulp dari tekstur yang baik, bebas dari gusi, rasa sangat baik, dan mengandung beberapa biji. S.K. Roy, pada tahun 1975, melaporkan variabilitas ekstrim dari 24 kultivar dikumpulkan di Agra, Kalkuta, dan Delhi Varanasi. Dia memutuskan bahwa pilihan harus dibuat untuk kadar gula tinggi dan rendahnya tingkat lendir, tanin dan fenolat lain. Hanya kecil, bercangkang keras jenis ini dikenal di Florida dan ini harus digergaji terbuka, retak dengan palu, atau melemparkan tegas terhadap batu. Buah dari jenis ini adalah standar untuk menggunakan obat bukan untuk mengkonsumsi makanan normal.
Makanan Nilai per 100 g Bagian Edible
|
Air
|
54,96-61,5
g
|
|
Protein
|
1,8-2,62
g
|
|
Lemak
|
0,2-0,39
g
|
|
Karbohidrat
|
28,11-31,8
g
|
|
Karotin
|
55
mg
|
|
Tiamin
|
0,13
mg
|
|
Riboflavin
|
1,19
mg
|
|
Niasin
|
1,1
mg
|
|
Asam askorbat
|
8-60
mg
|
|
Asam tartarat
|
2,11
mg
|
3) Manfaat
Aroma dan warna perasan buah maja mudah berubah karena itu buah maja biasanya dimakan segar setelah matang. Buahnya yang masih muda bisa dimanfaatkan sebagai bahan pengawet. Daging matang segar dari kultivar kualitas yang lebih tinggi, dan "serbat" terbuat dari itu, diambil untuk pencahar ringan mereka, dan efek tonik pencernaan. Sebuah rebusan buah mentah, dengan adas dan jahe, diresepkan dalam kasus wasir. Telah menduga bahwa psoralen dalam pulp meningkatkan toleransi sinar matahari dan membantu dalam mempertahankan warna kulit normal. Hal ini digunakan dalam pengobatan leucoderma. Marmelosin berasal dari pulp diberikan sebagai pencahar dan diuretik. Dalam dosis besar, menurunkan laju respirasi, menekan kerja jantung dan menyebabkan kantuk. Untuk penggunaan obat, buah muda, sementara masih muda, biasanya diiris secara horisontal dan dikeringkan dibawah matahari dkemudian bisa dijual di pasar lokal. Mereka banyak diekspor ke Malaya dan Eropa. Karena astringency, terutama dari buah-buahan liar, Bael mentah yang paling berharga sebagai sarana untuk menghentikan diare dan disentri, yang banyak terjadi di India pada musim panas.
1. Aplikasi dalam Sembelit
Bael matang buah ini dianggap sebagai terbaik dari semua obat pencahar. Ini membersihkan dan nada sampai usus. Penggunaan biasa untuk dua atau tiga bulan membantu mengevakuasi bahkan kotoran lama akumulasi dari perut. Untuk hasil terbaik, harus diambil dalam bentuk sherbat, yang dibuat dari pulp buah matang. Setelah melanggar shell, benih pertama dihapus, dan isinya kemudian diambil dengan sendok dan melewati saringan. Susu dan sedikit gula dapat ditambahkan agar lebih enak. Daging buah matang juga bisa diambil dari sendok tanpa penambahan susu atau gula. Sekitar 60 gram buah akan cukup untuk orang dewasa.
2. Diare dan Disentri
Buah yang matang mentah atau setengah mungkin, obat makanan yang paling efektif untuk diare dan disentri kronis di mana tidak ada demam. Hasil terbaik diperoleh dengan menggunakan Bael kering atau bubuk nya. Buah Bael, ketika masih hijau, diiris dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Irisan Bael kering dikurangi menjadi bubuk dan diawetkan dalam kedap udara botol. Para Bael mentah juga dapat dipanggang dan dibawa dengan Jaggery atau gula merah. Buah ini tampaknya memiliki pengaruh yang kecil dalam disentri akut ketika ada sensasi yang pasti buang air besar tapi bukannya sejumlah besar tinja, darah dan lendir saja dilewatkan. Obat bubuk secara khusus direkomendasikan dalam kondisi ini. Its efek menguntungkan, yang bagaimanapun, yang paling jelas ketika kondisi telah menjadi sub-akut atau kronis. Setelah penggunaan buah dalam kondisi ini, darah secara bertahap menghilang dan tinja mengasumsikan bentuk yang lebih keruh dan padat. Lendir juga menghilang setelah terus menggunakan untuk beberapa waktu. Ini juga merupakan obat yang berharga untuk kondisi disentri kronis yang ditandai dengan diare dan sembelit alternatif.
3. Bisul perut
Infus daun Bael dianggap sebagai obat makanan yang efektif untuk ulkus peptikum. Daun direndam semalam dalam air. Air ini disaring dan diminum sebagai minuman di pagi hari. Rasa sakit dan ketidaknyamanan yang lega ketika pengobatan ini dilanjutkan selama beberapa minggu. Daun Bael kaya tannin yang mengurangi peradangan dan membantu penyembuhan luka. Buah Bael diambil dalam bentuk minuman juga memiliki konten kental yang besar. Zat ini membentuk lapisan pada mukosa lambung dan dengan demikian membantu dalam penyembuhan bisul.
4. Radang pernapasan
Sebuah obat dibuat dari minyak daun Bael mengurangi rasa sakit akibat pilek berulang dan pernapasan. Jus diekstrak dari daun Bael dicampur dengan kuantitas yang sama dari minyak wijen dan dipanaskan secara menyeluruh. Beberapa biji lada hitam dan setengah sendok teh jinten hitam ditambahkan ke minyak panas. Hal ini kemudian dihapus dari api dan disimpan untuk digunakan bila diperlukan. Satu sendok teh minyak ini harus dipijat ke kulit kepala sebelum mandi kepala. Penggunaan reguler membangun perlawanan terhadap pilek dan batuk.
Praktek yang umum di India selatan adalah memberikan jus dari daun Bael untuk membawa bantuan dari kejang mengi dan pernapasan. Jus daun, dicampur dalam air hangat dengan sedikit merica, adalah memberikan sebagai minuman.
Manfaat Lain Dari Pohon Aegle
Marmoles
1.
Daging buah memiliki efek deterjen dan telah digunakan untuk mencuci pakaian.
Quisumbing mengatakan bahwa buah Bael digunakan untuk menghilangkan buih dalam
cuka keputusan. Permen karet membungkus biji yang paling berlimpah dalam
buah-buahan liar dan terutama ketika mereka mentah. Hal ini biasanya digunakan
sebagai perekat rumah tangga dan digunakan sebagai adhesif dengan perhiasan.
Kadang-kadang terpaksa sebagai pengganti sabun. Hal ini dicampur dengan plester
kapur untuk sumur kedap air dan ditambahkan untuk semen ketika membangun
dinding. Artis menambahkannya ke cat air mereka, dan dapat diterapkan sebagai
lapisan pelindung pada lukisan. Minyak limonen kaya telah disuling
dari kulit untuk scenting minyak rambut. Shell
buah keras telah dibentuk menjadi pil-dan kotak tembakau, kadang-kadang dihiasi
dengan emas dan perak. Kulit buah mentah yang digunakan dalam penyamakan dan
juga menghasilkan zat warna kuning untuk belacu dan kain sutra.
2. Dalam budaya Hindu, daun adalah penawaran yang sangat diperlukan ke 'Tuhan Siwa. Daun dan ranting yang telah memotong untuk pakan ternak.
2. Dalam budaya Hindu, daun adalah penawaran yang sangat diperlukan ke 'Tuhan Siwa. Daun dan ranting yang telah memotong untuk pakan ternak.
3. Sebuah cologne diperoleh dengan penyulingan dari
bunga.
4.
Kayunya sangat aromatik ketika baru dipotong. Ini
adalah abu-abu-putih, keras, tapi tidak tahan lama, telah digunakan untuk
gerobak dan konstruksi, meskipun cenderung melengkung dan retak selama
pengobatan. Hal ini paling baik digunakan untuk ukiran, skala kecil menangani
pekerjaan tukang bubut, alat dan pisau, alu dan sisir, mengambil cat halus.
Dapus



A Baccarat Table with Bonus Baccarat and More!
BalasHapusThis is why the online 메리트 카지노 gambling industry is choegocasino booming in the US and around the globe. 바카라사이트 As a result of this, we have decided that a plethora of different online