TUGAS DESKRIPSI TUMBUHAN DALAM
AL-QUR’AN
KAYU SIWAK (Salvadora persica)
UNTUK MEMENUHI TUGAS TAKSONOMI
TUMBUHAN TINGGI
Dosen
Pembimbing :
Ainun Ni’mati Laily,Msi
Oleh :
Nama : Anik Bariroh
NIM : 10620009
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
MALANG
2012
KAYU SIWAK (Salvadora persica)
Pada zaman Rasulullah SAW,
Rasul mengajarkan pada umatnya untuk bersiwak dalam beberapa waktu, sehingga
banyak terdapat Hadits-hadits shahih yang menjelaskan tentang keutamaan kayu
siwak dan waktu-waktu yang memang di anjurkan untuk bersiwak. Di dalam Al-Qur’an
Al-karim pun terdapat satu ayat yang menjelaskan tentang adanya kayu siwak,
yaitu pada surat As-Saba’ ayat 16 yang berbunyi :
جَنَّتَيْنِ
بِجَنَّتَيْهِمْ وَبَدَّلْنَاهُم الْعَرِمِ سَيْلَ عَلَيْهِمْ فَأَرْسَلْنَا
فَأَعْرَضُوا قَلِيلٍ سِدْرٍ مِّن وَشَيْءٍ وَأَثْلٍ خَمْطٍ أُكُلٍ ذَوَاتَى
Artinya:
“Tetapi mereka berpaling, maka Kami
datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka
dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon -pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl
dan sedikit dari pohon Sidr “ (QS. As-Saba’ : 16)
·
Deskripsi Kayu Siwak
Kayu Siwak ini
tumbuh di sekitar Mekkah dan Timur Tengah. Siwak berbentuk batang, diambil dari
akar dan ranting segar tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai
dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon Arak adalah pohon yang kecil, seperti belukar
dengan batang yang bercabang-cabang, diameternya lebih dari 1 kaki, jika
kulitnya dikelupas warnanya agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat.
Akarnya berwarna coklat dan bagian dalamnya berwarna putih, aromanya seperti
seledri dan rasanya agak sedikit pedas.
·
Sejarah Adanya Siwak
Beraneka
ragam peralatan sederhana digunakan untuk membersihkan mulut dari sisa-sisa
makanan, mulai dari batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang
haiwan hingga dari landak. Antara peralatan tradisional yang perlu diketahui
sebagai pembersih gigi dan mulut adalah kayu siwak (Salvadora persica). Siwak
(Chewing Stick) telah digunakan oleh masyarakat Babilonia semenjak 7000 tahun
yang lalu, yang kemudian digunakan pula di zaman Kerajaan Yunani dan Romawi,
Yahudi, Mesir dan Kerajaan Islam. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah)
berasal dari tanam-tanaman yang berbeda”pada setiap negera. Di Timur Tengah,
sumber utama yang sering digunakan adalah pohon arak (Salvadora persica), di
Afrika Barat yang digunakan adalah pohon lemon (Citrus aurantifolia) dan pohon
limau (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea) digunakan oleh orang
Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassica sieberianba) digunakan di
Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan secara meluas di benua
India.
Emslie
(1996) cit Babay (1999) melaporkan untuk pertama kalinya adanya prevelensi
karies lebih rendah pada pengguna siwak dibandingkan dengan pengguna berus gigi
biasa di Negara Sudan. Baghdady dan Ghose (1979) cit Babay (1999) juga
melaporkan prevelensi karies yang rendah pada anak-anak sekolah di Negara Sudan
akibat dari penggunaan siwak.
Pada
penelitian Almas, Skaug dan Ahmad (2004) ekstrak siwak memiliki daya
antibakteria terhadap Streptococcus mutans dan Streptococcus faekalis.
Kelebihan siwak dalam membersihkan gigi dan mulut menurut Hardie dan Ahmed
(1995) cit Darout, Skaug (1995) disebabkan oleh kesan mekanik dari serat-serat
batang dan siwak mampu melepaskan zat aktif yang sangat bermanfaat. Hal ini
mungkin merupakan jawapan terhadap prevelensi karies yang rendah di Sudan.
Secara in-vitro menurut laporan Al-lafi dan Ababneh (1999) cit Darout et al
(2001) siwak dapat menginhibisi (menghambat) pembentukan plak gigi, pertumbuhan
dan produksi asid oleh beberapa bakteria kariogenik. Berikut laporan WHO
mengenai khasiat kayu sugi (chewing stick):
WHO pada
tahun 1984 dan Consensus Statement on Oral Hygiene (2000) menganjurkan
penggunaan chewing stick (kayu sugi) kerana efektivitinya dalam menghilangkan
plak dan mencegah karies gigi.
·
Kandungan Kimia Dan Manfaat Kayu Siwak
1.
Antibacterial
acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk
membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi. Pada
penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar,
karena terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi
antibacterial acids tersebut.
2.
Kandungan
kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur,
Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya
yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan
gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
3.
Minyak
aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi
harum dan menghilangkan bau tak sedap.
4.
Enzim
yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque juga merupakan
penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.
5.
Anti
decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan
mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi
saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi
dan membersihkan mulut.
6.
Penelitian
terbaru terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral
alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi
berlubang serta memelihara gusi.
Dalam kitab Ath-Thubbun
Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnul Qoyyim dijelaskan manfaat siwak
antara lain :
ü
Membersihkan
mulut,
ü
Membersihkan
gusi
ü
Mencegah
pendarahan
ü
Menguatkan
penglihatan
ü
Mencegah
gigi berlubang
ü
Menyehatkan pencernaan
ü
Menjernihkan
suara
ü
Membantu
pencernaan makanan
ü
Memperlancar
saluran nafas (bicara)
ü
Menggiatkan
bacaan
ü
Menahan
tidur
ü
Meridhokan
Allah Ta’ala
ü
Dikagumi
malaikat
·
Waktu yang Disunnahkan Untuk Bersiwak
1. Ketika hendak sholat
Seorang yang
ingin mendatangi masjid, maka hendaknya ia membersihkan mulutnya dari segala
bau dengan menggunakan siwak atau yang bisa membersihkan gigi. Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda :
لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى
أُمَّتِيْ أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ
"Andai aku
tak (khawatir) akan memberatkan ummatku atau manusia, maka aku akan perintahkan
(wajibkan) mereka bersiwak setiap kali hendak sholat". [HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Jum'ah (847), Muslim dalam Ath-Thoharoh (588), Abu Dawud dalam Ath-Thoharoh (46), An-Nasa'iy dalam Al-Mawaqit (533), dan Ibnu Majah dalam Ash-Sholah (690)]
Hadits ini menurut lahiriahnya menunjukkan bahwa semua
orang dianjurkan bersiwak, baik ia berpuasa atau tidak. Karenanya, dalam
menjelaskan faedah hadits ini, Al-Imam
Al-Bukhoriy-rahimahullah- berkata dalam kitab Shohih-nya, "Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam- (dalam hadits ini) tidaklah mengkhususkan orang
yang berpuasa dari yang tak puasa".
Maksud beliau, bahwa Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- tidaklah melarang orang yang berpuasa untuk bersiwak sebagaimana
halnya orang yang tak puasa boleh menggunakan siwak.
Al-Hafizh Ibnu
KhuzaimahAn-Naisaburiy
-rahimahullah- berkata
dalam mengomentari hadits ini, "Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-
tidak mengecualikan orang yang tak berpuasa (dalam hal bolehnya bersiwak),
tanpa yang berpuasa. Jadi, di dalamnya terdapat petunjuk bahwa bersiwak bagi
orang yang berpuasa ketika hendak sholat memiliki keutamaan seperti halnya
orang yang tak berpuasa".
Apa yang dinyatakan oleh Ibnu Khuzaimah -rahimahullah-,
juga telah dikuatkan oleh Al-Hafizh
Ibnu Abdil Barr Al-Andalusiy-rahimahullah- dalam kitabnya At-Tamhid (7/198) saat beliau
berkata, Dalam hadits ini dalil yang menunjukkan bolehnya bersiwak pada
setiap waktu berdasarkan sabdanya, "setiap kali hendak wudhu", dan
"setiap kali hendak sholat". Sedang sholat wajib pada kebanyakan
waktu, baik pada waktu malam, siang, maupun shubuh".
2. Ketika Hendak Berwudhu’
Diantara waktu yang amat dianjurkan
bagi kita untuk menggunakan siwak agar mulut kita bersih dan harum, ketika kita
mau melakukan wudhu’.
لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ لَأَمَرْتُهُمْ
بِالسِّوَاكِ مَعَ الْوُضُوْءِ وَلَأَخَّرْتُ الْعِشَاءَ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ
أَوْ شَطْرِ اللَّيْلِ
"Andai aku tak (khawatir) akan memberatkan
ummatku, maka aku akan perintahkan (wajibkan) mereka bersiwak setiap kali
hendak berwhudu', dan akan kutangguhkan sholat Isya’ ke sepertiga malam atau
tengah malam". [HR. Ahmad]
3.
Ketika
Hendak Membaca Al-Qur’an
Seorang hamba ketika membaca kitab
suci Al-Qur’an Al-Karim, maka dianjurkan agar ia menyucikan diri, baik pada
pakaian, tempat, dan badan (utamanya mulut) dari segala najis, dan kotoran yang
mengganggu. Sebab seorang yang membaca Al-Qur’an Al-Karim ibaratnya orang yang
bermunajat, dan berbisik dengan Allah Robbul alamin. Itulah hikmahnya Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menganjurkan hal itu dalam hadits ini:
إِنَّ
الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي أَتَاهُ الْمَلَكُ فَقَامَ خَلْفَهُ يَسْتَمِعُ
الْقُرْآنَ وَيَدْنُوْ فَلَا يَزَالُ يَسْتَمِعُ وَيَدْنُوْ حَتَّى يَضَعَ فَاهُ
عَلَى فِيْهِ فَلَا يَقْرَأَ آيَةً إِلَّا كَانَتْ فِيْ جَوْفِ الْمَلَكِ
"Sesungguhnya seorang hamba jika ia bangkit
melaksanakan sholat, maka ia akan didatangi oleh seorang malaikat seraya
berdiri di belakangnya untuk mendengarkan Al-Qur’an. Senantias ia menyimak
Al-Qur’an mendekat sehingga malaikat itu meletakkan mulutnya pada mulut orang
yang sholat itu.Maka seorang hamba tidaklah membaca Al-Qur’an kecuali bacaan
Qur’annya dalam diri malaikat itu". [HR. Al-Baihaqiy dan Adh-Dhiya' Al-Maqdisiy ]
Menurut riwayat lain, diakhir hadits itu, Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
فَطَهِّرُوْا
أَفْوَاهَكُمْ لِلْقُرْآنِ
"…maka
sucikanlah mulut kalian untuk Al-Qur’an". [HR. Al-Bazzar. Dikuatkan sanadnya oleh Syaikh
Al-Albaniy]
Al-Imam Abu Zakariyya
An-Nawawiy-rahimahullah- berkata ketika menjelaskan adab-adab yang perlu
dijaga oleh orang yang membaca Al-Qur’an, "Seyogyanya jika seseorang
hendak membaca Al-Qur’an agar ia membersihkan mulutnya dengan siwak, dan selainnya. Cara memilih
siwak,hendaknya ia berasal kayu sugigi; boleh juga dari seluruh jenis kayu, dan
sesuatu yang dapat membersihkan mulut, seperti secarik kain yang kasar, sikat
gigi, dan selain itu".
Rasulullah Bersabda :
السِّوَاكُ
مَطَهَّرَةٌ لِلْفَمِ، مَرْضَاةٌ لِلرَّبِ
“Siwak itu membersihkan mulut diridhai
oleh Ar-Rabb.”
4. Saat Bau Mulut Berubah
Perubahan bau
mulut bisa terjadi krn beberapa hal. Di antaranya: krn tdk makan dan minum krn
memakan makanan yg memiliki aroma menusuk/tak sedap diam yg lama/tak membuka
mulut utk berbicara banyak berbicara dan bisa juga krn lapar yg sangat demikian
pula bangun dari tidur.
5. Ketika Bangun di Waktu
Malam
Hudzaifah
ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ
يَشُوْصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
“Adapun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: apabila bangun di waktu malam beliau menggosok mulut dengan
siwak.”
6. Ketika Hendak Masuk Rumah
Diantara bentuk perhatian Islam
kepada kebersihan, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mencontohkan
kepada ummatnya agar ketika hendak masuk rumah dan menemui istri dan
anak-anaknya, seseorang terlebih dahulu membersihkan mulutnya. Jika perkara ini
dilazimi, niscaya akan melahirkan mawaddah wa rahmah di antara penghuni
rumah tangga. Terkadang seseorang dijauhi oleh orang lain, karena mulutnya yang
bau.
Syuraih
bin Hani’ Al-Haritsiy-rahimahullah- bertanya kepada A’isyah -radhiyallahu ‘anha-, "Perkara
apakah yang dimulai oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika ia mau
masuk ke rumahnya?" A’isyah berkata, "(Beliau memulai) dengan
siwak".[HR. Muslim, Abu Dawud, An-Nasa'iy dan Ibnu Majah].
terima kasih atas maklumat ini. Penulisan yg sangat baik dan bermanfaat.
BalasHapus