Kamis, 05 Juli 2012

Deskripsi Tumbuhan Dalam Al-Qur'an


TUGAS DESKRIPSI TUMBUHAN DALAM AL-QUR’AN
KAYU SIWAK (Salvadora persica)
UNTUK MEMENUHI TUGAS TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI     

Dosen Pembimbing :
Ainun Ni’mati Laily,Msi


Oleh :
Nama  : Anik Bariroh
NIM    : 10620009



 

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
MALANG 2012




KAYU SIWAK (Salvadora persica)

Pada zaman Rasulullah SAW, Rasul mengajarkan pada umatnya untuk bersiwak dalam beberapa waktu, sehingga banyak terdapat Hadits-hadits shahih yang menjelaskan tentang keutamaan kayu siwak dan waktu-waktu yang memang di anjurkan untuk bersiwak. Di dalam Al-Qur’an Al-karim pun terdapat satu ayat yang menjelaskan tentang adanya kayu siwak, yaitu pada surat As-Saba’ ayat 16 yang berbunyi :
   جَنَّتَيْنِ بِجَنَّتَيْهِمْ وَبَدَّلْنَاهُم الْعَرِمِ سَيْلَ عَلَيْهِمْ فَأَرْسَلْنَا فَأَعْرَضُوا قَلِيلٍ سِدْرٍ مِّن وَشَيْءٍ وَأَثْلٍ خَمْطٍ أُكُلٍ ذَوَاتَى                                                         
Artinya: “Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon -pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr “ (QS. As-Saba’ : 16)
·        
 Deskripsi Kayu Siwak
Kayu Siwak ini tumbuh di sekitar Mekkah dan Timur Tengah. Siwak berbentuk batang, diambil dari akar dan ranting segar tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon Arak adalah pohon yang kecil, seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, diameternya lebih dari 1 kaki, jika kulitnya dikelupas warnanya agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna coklat dan bagian dalamnya berwarna putih, aromanya seperti seledri dan rasanya agak sedikit pedas.

·         Sejarah Adanya Siwak
Beraneka ragam peralatan sederhana digunakan untuk membersihkan mulut dari sisa-sisa makanan, mulai dari batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang haiwan hingga dari landak. Antara peralatan tradisional yang perlu diketahui sebagai pembersih gigi dan mulut adalah kayu siwak (Salvadora persica). Siwak (Chewing Stick) telah digunakan oleh masyarakat Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, yang kemudian digunakan pula di zaman Kerajaan Yunani dan Romawi, Yahudi, Mesir dan Kerajaan Islam. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah) berasal dari tanam-tanaman yang berbeda”pada setiap negera. Di Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon arak (Salvadora persica), di Afrika Barat yang digunakan adalah pohon lemon (Citrus aurantifolia) dan pohon limau (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea) digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassica sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan secara meluas di benua India.
Emslie (1996) cit Babay (1999) melaporkan untuk pertama kalinya adanya prevelensi karies lebih rendah pada pengguna siwak dibandingkan dengan pengguna berus gigi biasa di Negara Sudan. Baghdady dan Ghose (1979) cit Babay (1999) juga melaporkan prevelensi karies yang rendah pada anak-anak sekolah di Negara Sudan akibat dari penggunaan siwak.
Pada penelitian Almas, Skaug dan Ahmad (2004) ekstrak siwak memiliki daya antibakteria terhadap Streptococcus mutans dan Streptococcus faekalis. Kelebihan siwak dalam membersihkan gigi dan mulut menurut Hardie dan Ahmed (1995) cit Darout, Skaug (1995) disebabkan oleh kesan mekanik dari serat-serat batang dan siwak mampu melepaskan zat aktif yang sangat bermanfaat. Hal ini mungkin merupakan jawapan terhadap prevelensi karies yang rendah di Sudan. Secara in-vitro menurut laporan Al-lafi dan Ababneh (1999) cit Darout et al (2001) siwak dapat menginhibisi (menghambat) pembentukan plak gigi, pertumbuhan dan produksi asid oleh beberapa bakteria kariogenik. Berikut laporan WHO mengenai khasiat kayu sugi (chewing stick):
WHO pada tahun 1984 dan Consensus Statement on Oral Hygiene (2000) menganjurkan penggunaan chewing stick (kayu sugi) kerana efektivitinya dalam menghilangkan plak dan mencegah karies gigi.

·         Kandungan Kimia Dan Manfaat Kayu Siwak
1.   Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi. Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial acids tersebut.
2.   Kandungan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
3.   Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.
4.   Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.
5.   Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.
6.   Penelitian terbaru terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi.

Dalam kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnul Qoyyim dijelaskan manfaat siwak antara lain :
ü Membersihkan mulut,
ü Membersihkan gusi
ü Mencegah pendarahan
ü Menguatkan penglihatan
ü Mencegah gigi berlubang
ü  Menyehatkan pencernaan
ü Menjernihkan suara
ü Membantu pencernaan makanan
ü Memperlancar saluran nafas (bicara)
ü Menggiatkan bacaan
ü Menahan tidur
ü Meridhokan Allah Ta’ala
ü Dikagumi malaikat

·         Waktu yang Disunnahkan Untuk Bersiwak
1.    Ketika hendak sholat
        Seorang yang ingin mendatangi masjid, maka hendaknya ia membersihkan mulutnya dari segala bau dengan menggunakan siwak atau yang bisa membersihkan gigi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ

  "Andai aku tak (khawatir) akan memberatkan ummatku atau manusia, maka aku akan perintahkan (wajibkan) mereka bersiwak setiap kali hendak sholat". [HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Jum'ah (847), Muslim dalam Ath-Thoharoh (588), Abu Dawud dalam Ath-Thoharoh (46), An-Nasa'iy dalam Al-Mawaqit (533), dan Ibnu Majah dalam Ash-Sholah (690)]
Hadits ini menurut lahiriahnya menunjukkan bahwa semua orang dianjurkan bersiwak, baik ia berpuasa atau tidak. Karenanya, dalam menjelaskan faedah hadits ini, Al-Imam Al-Bukhoriy-rahimahullah- berkata dalam kitab Shohih-nya, "Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- (dalam hadits ini) tidaklah mengkhususkan orang yang berpuasa dari yang tak puasa".
Maksud beliau, bahwa Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidaklah melarang orang yang berpuasa untuk bersiwak sebagaimana halnya orang yang tak puasa boleh menggunakan siwak.
Al-Hafizh Ibnu KhuzaimahAn-Naisaburiy -rahimahullah- berkata dalam mengomentari hadits ini, "Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- tidak mengecualikan orang yang tak berpuasa (dalam hal bolehnya bersiwak), tanpa yang berpuasa. Jadi, di dalamnya terdapat petunjuk bahwa bersiwak bagi orang yang berpuasa ketika hendak sholat memiliki keutamaan seperti halnya orang yang tak berpuasa".
Apa yang dinyatakan oleh Ibnu Khuzaimah -rahimahullah-, juga telah dikuatkan oleh Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr Al-Andalusiy-rahimahullah- dalam kitabnya At-Tamhid (7/198) saat beliau berkata, Dalam hadits ini dalil yang menunjukkan bolehnya bersiwak pada setiap waktu berdasarkan sabdanya, "setiap kali hendak wudhu", dan "setiap kali hendak sholat". Sedang sholat wajib pada kebanyakan waktu, baik pada waktu malam, siang, maupun shubuh".
2.    Ketika Hendak Berwudhu’
Diantara waktu yang amat dianjurkan bagi kita untuk menggunakan siwak agar mulut kita bersih dan harum, ketika kita mau melakukan wudhu’.
لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ الْوُضُوْءِ وَلَأَخَّرْتُ الْعِشَاءَ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ أَوْ شَطْرِ اللَّيْلِ
"Andai aku tak (khawatir) akan memberatkan ummatku, maka aku akan perintahkan (wajibkan) mereka bersiwak setiap kali hendak berwhudu', dan akan kutangguhkan sholat Isya’ ke sepertiga malam atau tengah malam". [HR. Ahmad]
3.   Ketika Hendak Membaca Al-Qur’an
Seorang hamba ketika membaca kitab suci Al-Qur’an Al-Karim, maka dianjurkan agar ia menyucikan diri, baik pada pakaian, tempat, dan badan (utamanya mulut) dari segala najis, dan kotoran yang mengganggu. Sebab seorang yang membaca Al-Qur’an Al-Karim ibaratnya orang yang bermunajat, dan berbisik dengan Allah Robbul alamin. Itulah hikmahnya Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menganjurkan hal itu dalam hadits ini:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي أَتَاهُ الْمَلَكُ فَقَامَ خَلْفَهُ يَسْتَمِعُ الْقُرْآنَ وَيَدْنُوْ فَلَا يَزَالُ يَسْتَمِعُ وَيَدْنُوْ حَتَّى يَضَعَ فَاهُ عَلَى فِيْهِ فَلَا يَقْرَأَ آيَةً إِلَّا كَانَتْ فِيْ جَوْفِ الْمَلَكِ
"Sesungguhnya seorang hamba jika ia bangkit melaksanakan sholat, maka ia akan didatangi oleh seorang malaikat seraya berdiri di belakangnya untuk mendengarkan Al-Qur’an. Senantias ia menyimak Al-Qur’an mendekat sehingga malaikat itu meletakkan mulutnya pada mulut orang yang sholat itu.Maka seorang hamba tidaklah membaca Al-Qur’an kecuali bacaan Qur’annya dalam diri malaikat itu". [HR. Al-Baihaqiy dan Adh-Dhiya' Al-Maqdisiy ]
Menurut riwayat lain, diakhir hadits itu, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
فَطَهِّرُوْا أَفْوَاهَكُمْ لِلْقُرْآنِ
"…maka sucikanlah mulut kalian untuk Al-Qur’an". [HR. Al-Bazzar. Dikuatkan sanadnya oleh Syaikh Al-Albaniy]
Al-Imam Abu Zakariyya An-Nawawiy-rahimahullah- berkata ketika menjelaskan adab-adab yang perlu dijaga oleh orang yang membaca Al-Qur’an, "Seyogyanya jika seseorang hendak membaca Al-Qur’an agar ia membersihkan mulutnya dengan siwak, dan selainnya. Cara memilih siwak,hendaknya ia berasal kayu sugigi; boleh juga dari seluruh jenis kayu, dan sesuatu yang dapat membersihkan mulut, seperti secarik kain yang kasar, sikat gigi, dan selain itu".
Rasulullah Bersabda :
السِّوَاكُ مَطَهَّرَةٌ لِلْفَمِ، مَرْضَاةٌ لِلرَّبِ
“Siwak itu membersihkan mulut diridhai oleh Ar-Rabb.”
4.    Saat Bau Mulut Berubah
Perubahan bau mulut bisa terjadi krn beberapa hal. Di antaranya: krn tdk makan dan minum krn memakan makanan yg memiliki aroma menusuk/tak sedap diam yg lama/tak membuka mulut utk berbicara banyak berbicara dan bisa juga krn lapar yg sangat demikian pula bangun dari tidur.

5.    Ketika Bangun di Waktu Malam
Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوْصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
“Adapun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: apabila bangun di waktu malam beliau menggosok mulut dengan siwak.”
6.    Ketika Hendak Masuk Rumah
Diantara bentuk perhatian Islam kepada kebersihan, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mencontohkan kepada ummatnya agar ketika hendak masuk rumah dan menemui istri dan anak-anaknya, seseorang terlebih dahulu membersihkan mulutnya. Jika perkara ini dilazimi, niscaya akan melahirkan mawaddah wa rahmah di antara penghuni rumah tangga. Terkadang seseorang dijauhi oleh orang lain, karena mulutnya yang bau.
Syuraih bin Hani’ Al-Haritsiy-rahimahullah- bertanya kepada A’isyah -radhiyallahu ‘anha-, "Perkara apakah yang dimulai oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika ia mau masuk ke rumahnya?" A’isyah berkata, "(Beliau memulai) dengan siwak".[HR. Muslim, Abu Dawud, An-Nasa'iy dan Ibnu Majah].

1 komentar:

  1. terima kasih atas maklumat ini. Penulisan yg sangat baik dan bermanfaat.

    BalasHapus